Outlook EcoNusa 2020
Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan atau Yayasan EcoNusa mengusung visi kedaulatan masyarakat untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan bekerja bersama para pemangku kepentingan baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk mengelola hutan secara transparan dan akuntabel yang berbasis penguatan masyarakat lokal. Selain itu EcoNusa membangun gerakan kelautan bersama untuk perbaikan tata kelola dan praktik pengelolaan sumber daya laut yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Yayasan EcoNusa didirikan pada tahun 2017 silam yang diprakarsai oleh Bustar Maitar, seorang tokoh penggiat lingkungan yang lahir dan besar di Papua. Ini mengapa Yayasan EcoNusa menjadikan Indonesia Timur sebagai pusat kegiatan yang meliputi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Selain itu pemilihan kawasan ini dikarenakan tutupan hutannya yang masih terjaga utuh. Total tutupan hutan di keempat provinsi ini seluas 38.660.805, 42 hektare atau 44% dari total tutupan hutan di Indonesia seluas 88.458.514,08 hektare.
“Yayasan Econusa melihat potensi besar hutan di Tanah Papua dan Maluku sebagai garda terakhir hutan di Indonesia dan bahkan dunia. Selain itu Tanah Papua dan Maluku merupakan pusat masyarakat adat terbesar di Indonesia dimana segala budaya dan praktik-praktik baik menjaga hutan lahir” ujar Bustar Maitar, pendiri dan CEO Yayasan EcoNusa.
Selama kurun waktu dua tahun, Yayasan EcoNusa Mempromosikan pembelajaran dan praktek-praktek terbaik yang dilakukan LSM lokal dan masyarakat ke tingkat nasional dan internasional tentang pengelolaan sumber daya alam. Selain itu Yayasan EcoNusa Mengorganisir kaum muda khususnya di kawasan perkotaan untuk mendukung gerakan kedaulatan pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan melalui Sekolah EcoDiplomacy (SED). SED didirikan sejak tahun 2018. Memiliki lebih dari 47 alumni yang diberi pelatihan serta pengenalan arti pentingnya hutan bagi manusia.
“Pemuda merupakan kunci dari pembangunan yang berkelanjutan. Mereka memiliki peran besar untuk mencapai perubahan serta mempertahankan hutan mereka” Lanjut Bustar
Yayasan EcoNusa juga bekerja dengan beberapa kabupaten di Papua dan Papua Barat seperti kabupaten Kaimana dalam membantu memfasilitasi dan meningkatkan kapasitas masyakarakat dan mitra LSM lokal dalam praktik-praktik pengolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan.
“Tingginya komitmen Yayasan EcoNusa membantu kabupaten Kaimana dalam memperkuat kapasitas masyarakat lokal mengola SDA merupakan langkah awal membantu Kaimana menjadi kawasan konservasi yang berdaya” Ujar Drs Matias Mairuma, Bupati Kabupaten Kaimana, Papua Barat.
Sejalan dengan upaya konservasi, Yayasan EcoNusa di akhir tahun 2019 mengadakan Ekpedisi Mangrove di sepanjang pesisir selatan Papua Barat. Dengan tujuan untuk mengidentifikasi kawasan mangrove dan potensi sosial ekonominya bagi masyarakat lokal serta survey vegatsi dan keanekaragaman hayati yang ada dikawasan tersebut. Pada ekspedisi ini Yayasan EcoNusa bekerjasama dengan Peneliti Universitas Papua, Jimmy Wanma.
“Ekspedisi mangrove ini menjadi awal yang baik untuk melihat secara dekat peran hutan mangrove dalam menjaga kawasan hutan serta melihat interaksi kenbutuhan masyarakat pesisir pada ekosistem mangrove” Ujar Jimmy
Ekpedisi mangrove 2019 menempuh jarak lebih dari 1000 km dengan total luas area mangrove yang diteliti sebanyak 419,8 ha.