Search
Close this search box.

Yuk, Kenali Bahaya Sampah Elektronik dan Cara Menanganinya!

Bagikan tulisan ini

Saat ini, sudah semakin banyak gerakan peduli lingkungan untuk menangani masalah sampah. Misalnya adalah aksi memungut sampah bersama, daur ulang plastik, dan sebagainya. Namun, belum banyak gerakan atau upaya serius di Indonesia yang ditujukan untuk menangani masalah sampah elektronik. Padahal, kini sampah elektronik merupakan salah satu jenis sampah yang jumlahnya terus berkembang pesat di dunia. 

Menurut laporan tahunan Global E-Waste Monitor 2020 oleh PBB, jumlah sampah elektronik di dunia pada tahun 2019 mencapai 53 juta ton. Jumlah ini pun diprediksi akan terus naik dengan menjadi 74 juta ton pada tahun 2030 dan mencapai 120 juta ton pada tahun 2050. Di Indonesia sendiri, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa pada tahun ini jumlah sampah elektronik di Indonesia mencapai 2 juta ton.

Banyaknya timbunan sampah elektronik ini tidak lepas dari semakin banyaknya peralatan elektronik yang kita gunakan sehari-hari. Coba kamu hitung berapa banyak barang elektronik yang kamu gunakan saat ini. Mulai dari handphone, laptop, kulkas, TV, komputer, kabel, dan masih banyak lainnya. Lalu, saat barang-barang ini sudah rusak atau kamu tidak berminat lagi untuk menggunakannya, apa yang biasanya kamu lakukan dengan barang-barang tersebut? Tentunya, mereka tidak mungkin menghilang begitu saja dan akan sulit juga untuk didaur ulang. Tapi, memang sebenarnya apa sih bahaya sampah elektronik untuk lingkungan dan bagaimana sebaiknya kita menangani jenis sampah ini? 

Bahaya Sampah Elektronik

Sampah elektronik ialah segala barang elektronik bekas yang sudah tidak digunakan lagi oleh pemiliknya. Barang-barang elektronik ini mengandung berbagai macam bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti merkuri, lithium, dan kadmium. Nah, komponen-komponen tersebut bisa membawa bahaya bagi udara, air, tanah, hingga kesehatan manusia terutama jika dibiarkan mengendap di tempat penimbunan sampah dalam waktu yang lama. Seiring berjalannya waktu, komponen berbahaya  dari timbunan sampah elektronik yang tidak dikelola dengan baik bisa meresap ke dalam tanah yang menyebabkan tanah dan air di dalamnya menjadi terkontaminasi. Akibatnya, kesuburan tumbuhan dan kesehatan hewan yang hidup bergantung pada tanah dan air di lokasi tersebut pun bisa terpengaruh.

Selain itu, terkadang ada juga tindakan membakar sampah elektronik secara sembarangan. Tindakan ini juga sangat berbahaya karena dapat melepas banyak zat beracun ke udara, yang menyebabkan kesehatan orang-orang yang menghirupnya terganggu. Efek zat kimia dari sampah elektronik bagi kesehatan manusia pun sudah pernah dibahas dalam berbagai penelitian. Dalam penelitian-penelitian tersebut, dikatakan bahwa sampah elektronik bisa memicu timbulnya banyak jenis penyakit, mulai dari kerusakan hati, jantung, dan limpa hingga menyebabkan kanker.

Cara Menangani Sampah Elektronik

Karena berbahaya, kita tidak bisa mengelola sampah elektronik secara sembarangan. Pengelolaan sampah elektronik di Indonesia telah diatur oleh undang-undang dan peraturan pemerintah, seperti Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Berdasarkan peraturan ini, disebutkan bahwa pengelolaan sampah elektronik, mulai dari tahap pengumpulan, pengangkutan, pemilahan, pendaurulangan, hingga pemusnahan.hanya dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang telah memiliki izin resmi Mereka pun harus melakukannya sesuai dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan.

Akan tetapi, ini bukan berarti kita jadi tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu mengatasi masalah ini. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, nih! Pertama, kita bisa menjadi pengguna barang elektronik yang lebih bijak. Setiap akan membeli gadget baru, coba deh pikirkan apakah kamu memang benar-benar membutuhkannya. Usahakan untuk memilih barang elektronik yang dapat bertahan lama, sehingga kamu tidak perlu menggantinya terlalu sering. 

Lalu, kalau di rumahmu ada barang elektronik yang sudah tidak terpakai, jangan membuangnya begitu saja ke tempat sampah umum, ya! Kamu bisa mengumpulkannya terlebih dahulu bersama-sama dengan sampah elektronik milik anggota keluarga lainnya. Kemudian, kamu dapat menyetorkan sampah elektronik tersebut ke pihak yang dapat mengelolanya, seperti misalnya dinas lingkungan di daerah tempat tinggalmu. Biasanya mereka pun akan menyediakan dropbox e-waste berupa kotak pengumpulan limbah elektronik di berbagai titik di kota. Selain itu, jika sampah elektronik kamu berjumlah banyak, saat ini juga telah ada layanan dari dinas, perusahaan, hingga komunitas sosial yang dapat membantu mengambil limbah elektronik tersebut langsung dari rumahmu.

Lebih lanjut lagi, kamu juga bisa lho memulai gerakan yang bertujuan untuk mengedukasi lebih banyak orang tentang bahaya elektronik dan cara menanganinya. Kamu bisa mulai dari mengajak orang-orang terdekatmu untuk mengumpulkan sampah elektronik mereka untuk disetorkan bersama-sama. Dengan melakukan ini, kamu telah melakukan suatu hal yang sangat penting dalam upaya melestarikan lingkungan. Nah, kalau kamu ingin agar gerakanmu berjalan lebih efektif, kamu dapat belajar lebih lanjut untuk menjadi diplomat lingkungan dengan mengikuti School of Eco Diplomacy yang diadakan oleh Yayasan EcoNusa. Melalui kegiatan ini, kamu akan dibekali berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang penting untuk dimiliki seorang diplomat lingkungan dalam melakukan aksinya. Nantikan School of Eco Diplomacy berikutnya, ya!

Berita lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved