Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Intip Keistimewaan Kepulauan Banda, Yuk!

Bagikan tulisan ini

Kalau mendengar kata ‘Banda’ atau ‘Banda Neira’, apa nih yang ada di pikiranmu? Apakah kamu jadi teringat akan kepulauan yang banyak disebut di buku sejarah karena kekayaan rempahnya sejak dahulu? 

Yap, Kepulauan Banda adalah gugusan pulau di wilayah Maluku. Sementara itu, Banda Neira ialah salah satu pulau yang ada di Kepulauan Banda. Sejak zaman dulu, terutama saat masa penjajahan, Kepulauan Banda terkenal akan rempah-rempahnya. Maka, tak heran bahwa para pedagang dan penjelajah dari berbagai bangsa berbondong-bondong datang ke kepulauan ini. Bahkan, kepulauan ini sudah terkenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di dunia. Keren banget, kan?

Hingga kini, Kepulauan Banda juga masih menyimpan aneka keistimewaan dan kekayaan alam lainnya, lho! Penasaran apa aja? Yuk, kita cari tahu lebih lanjut!

1. Memiliki kekayaan alam bawah laut yang luar biasa

Salah satu Taman Wisata Perairan (TWP) di Indonesia adalah TWP Laut Banda yang terdiri atas 7 pulau kecil dan 3 pulau besar. Ketiga pulau besar ini adalah Pulau Banda Besar, Pulau Naira, dan Pulau Gunung Api. Lalu, wilayah perairan ini pun terdiri atas 2 ekosistem utama, yaitu ekosistem terumbu karang dan padang lamun. 

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat bahwa setidaknya terdapat lebih dari 300 spesies karang dan 7 spesies lamun yang ada di kawasan TWP Laut Banda. Karena keberagamannya ini, maka perairan ini pun menjadi rumah lebih dari 600 spesies ikan lamun dan karang. Keren banget, kan? 

Kemudian, pada tahun 2019 Coral Triangle Center (CTC) melakukan survei di laut Pulau Banda untuk mengetahui kondisi keanekaragaman hayati, termasuk terumbu karang dan ikan yang ada di sana. Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum kondisi kesehatan keanekaragaman hayatinya terbilang baik. Meskipun demikian, pada saat penyelaman dilakukan, tim peneliti sudah mulai menemukan sampah di bawah lautnya.

2. Masyarakatnya masih aktif melakukan tradisi sasi

Sasi adalah tradisi lokal masyarakat Maluku untuk lebih disiplin dalam memanfaatkan sumber daya laut yang ada. Tradisi sasi mengenal aturan buka-tutup mengenai kapan para warganya boleh mengambil hasil laut, dan kapan hal itu dilarang. Sasi yang pada mulanya merupakan kearifan lokal pun telah dijadikan peraturan di sejumlah daerah oleh pemerintah setempat.

Misalnya adalah di Pulau Ay, Kepulauan Banda yang menerapkan aturan sasi sejak tahun 2014 dan tertuang dalam Peraturan Negeri Administratif Pulau Ay No.1/2014 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam. Dalam peraturan tersebut, sasi laut diterapkan ke sejumla biota laut, seperti lobster, teripang, dan terumbu karang. Jika ada yang mengambil hasil laut tersebut sebelum masa sasi dibuka, maka akan ada sanksi yang dikenakan. Selain pada sumber daya laut, sistem sasi juga diterapkan ke sejumlah sumber daya yang berasal dari hutan.

3. Pala sebagai harta karun Banda

Salah satu komoditas utama Kepulauan Banda sejak zaman dahulu adalah pala. Buah ini biasa dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti makanan, bahan penyedap, hingga kosmetik. Kalau kamu datang ke Kepulauan Banda, jangan lewatkan kesempatan untuk melihat perkebunan pala, ya! Perkebunan ini bisa kamu temukan di sejumlah pulau, misalnya Pulau Banda Besar dan Pulau Ay.

Dengan segala keistimewaan dan kekayaan Kepulauan Banda, penting banget nih bagi kita untuk menjaga kelestarian alam di tempat ini. Nggak cuma di Banda, semua kekayaan alam di berbagai tempat, termasuk di tempat tinggalmu harus terus dijaga.

Kalau kamu anak muda yang berasal dari Maluku dan memiliki keinginan untuk melakukan aksi melestarikan lingkungan, yuk ikutan School of Eco Diplomacy Kewang Muda Maluku! Kegiatan ini akan berlangsung pada tanggal 27-29 Mei 2022 di Banda. Selama kegiatan, kamu bisa belajar lebih lanjut untuk menjadi seorang diplomat lingkungan yang secara aktif melakukan aksi bagi bumi.

Tertarik untuk mendaftar? Langsung saja klik link ini  paling lambat tanggal 22 Mei 2022 pukul 23.59 WITA. Jangan sampai kelewatan, ya!

Berita lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved