Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Yosua, Penggerak Komunitas Rumah Baca Wet Saifi

Bagikan Tulisan
Yosua Slak Kemesar tengah menyampaikan gagasannya dalam sesi diskusi di Kemah Pemuda di Sorong pada 10-12 Juni 2022. (Yayasan EcoNusa/Arfan Sulaiman)

Terlepas dari stigma masyarakat di Tanah Papua tentang akses pendidikan yang kurang, data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menunjukkan harapan baik. BPS mengungkapkan data bahwa rata-rata lama sekolah (RLS) penduduk usia 25 ke atas di Papua Barat terus meningkat setiap tahun. RLS pada 2021 meningkat menjadi 7,69 tahun dari 7,6 tahun pada 2020. Walaupun angka ini masih di bawah RLS nasional 8,54 tahun, namun ada perbaikan kualitas modal manusia pada usia produktif. RLS merupakan jumlah tahun dalam menjalani pendidikan formal. Tujuannya untuk mengetahui kualitas pendidikan masyarakat dalam suatu wilayah.

Meskipun ada kemajuan tersebut, masih banyak sosok yang menaruh keprihatinan terhadap pendidikan anak-anak kampung di Tanah Papua. Keprihatinan inilah yang mendorong Yosua Slak Kemesar (25) bersama kawan-kawannya untuk mendirikan sebuah Komunitas Rumah Baca Wet Saifi pada 2020 lalu. Nama ini berarti rumah baca untuk anak Saifi karena komunitas ini berada di Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat. 

Baca juga: Kampung Edor Tidak Kampungan, Karena Melek Internet dan Digital

Wet Saifi telah melakukan pembelajaran keliling di Kampung Mlaswat, Kwowok, dan Knaya. Dalam satu kegiatan, ada sekitar 10 sampai 15 anak yang ikut terlibat. Mereka terdiri dari anak Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan terkadang ada anak Sekolah Menengah Atas (SMA).

“Saya melakukan kegiatan rumah baca ini secara berkeliling,” kata Yosua. Dalam seminggu, ia berkeliling ke tiga titik. Kalau tidak memiliki kesibukan pribadi, Yosua bisa berkeliling empat sampai lima kali. 

Selepas SMP Negeri di Manggroholo, Sorong Selatan, Yosua memberanikan diri untuk merantau untuk menuntut ilmu di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Setelah lulus, ia melanjutkan kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). 

Baca juga: Kewang Muda Maluku Mencetak Generasi Penerus Bumi

Usai mendapatkan gelar sarjana, Yosua memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Kampung Mlaswat, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan. Ia lalu mengabdikan diri untuk menjadi pendidik di SD Inpres Komanggaret dan SD YPK Manggraholo di Distrik Saifi. Meskipun hanya sebagai guru honorer, ini tak menyurutkan niatnya untuk berbagi kebaikan di bidang pendidikan. 

Ketika mendapatkan informasi tentang Kemah Pemuda, Yosua tertarik untuk ikut. Saat mengikuti Kemah Pemuda di Sorong pada 10-12 Juni 2022 semangatnya sebagai seorang pendidik kembali terpompa. 

Dari kegiatan Kemah Pemuda tersebut Yosua sadar bahwa anak-anak harus belajar memahami isu-isu lingkungan sejak dini. Selama ini, ia melihat bahwa isu lingkungan kurang mendapat porsi dalam pelajaran sekolah. Ia pun lalu termotivasi untuk memasukkan pembelajaran lingkungan dalam kegiatan Komunitas Baca Wet Saifi.

Baca juga: EcoNusa Ajak Generasi Muda Papua di SAI untuk Jaga Hutan

Menurut Yosua, anak-anak perlu diajari sejak dini agar mereka memahami kondisi lingkungan dan ancamannya, sehingga mereka mampu mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan. “Minimal mereka belajar untuk mengerti lebih dulu,” kata Yosua di Rumah Belajar Mibi, di Distrik Makbon, Kabupaten Sorong. 

Bersama peserta Kemah Pemuda lainnya, Yosua menuangkan komitmen ini sebagai sebuah rencana aksi setelah pelatihan tersebut. Ia akan memasukkan topik lingkungan ke dalam Komunitas Rumah Baca Wet Saifi. 

Namun karena keterbatasan dana, Yosua berharap komunitasnya nanti bisa memiliki alat peraga untuk memberikan edukasi lingkungan kepada anak-anak. Alat ini juga memudahkan ia dan kawan-kawannya untuk menyampaikan materi tersebut. “Biar anak-anak senang,” kata Yosua. 

Selama ini Yosua menjalankan komunitas baca tersebut secara swadaya. Ia tidak mendapatkan bantuan material yang diberikan untuk menjalankan kegiatan rumah baca tersebut. Bahkan tak jarang ia harus mengeluarkan uang sendiri untuk membiayai komunitas tersebut.

Editor: Leo Wahyudi & Lutfy Putra

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved