Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Transformasi Sosial

Bagikan Tulisan
Peserta Sekolah Transformasi Sosial (STS) di Kampung Segun, Distrik Segun, menanam keladi sebagai bagian dari materi pertanian organik. (Yayasan EcoNusa/Arfan Sulaiman)

Pembangunan di Indonesia beberapa dekade terakhir berjalan makin masif dan pesat, karena semakin menjangkau wilayah-wilayah pelosok di Indonesia. Kemajuan, modernitas, dan pertumbuhan ekonomi menjadi motor penggerak utama. Dengan dukungan kekuatan modal dan kekuatan politik, pembangunan harus membawa perubahan. Yang tidak mengalami perubahan dianggap sebagai keadaan terbelakang. 

Kita sepakat dengan tujuan, proses, dan bukti nyata pembangunan tersebut. Namun dalam konteks wilayah timur Indonesia, citra sukses pembangunan justru melepas pegangan pada budaya dan pengetahuan yang telah lama ada. Akibatnya, alih-alih demi memajukan dan membangun masyarakat, yang terjadi justru degradasi sumber daya alam dan pengetahuan lokal karena terbius citra pembangunan dan modernisme. Sosiolog mengatakan kondisi ini menyebabkan peningkatan konsumerisme yang membuat masyarakat lokal ikut-ikutan merusak dan mengeksploitasi sumber daya alam. 

Dalam pandangan positif, situasi tersebut bisa menjadi momentum untuk melakukan perubahan atau transformasi sosial dengan inisiatif perubahan yang muncul dari masyarakat sendiri. Ini menjadi hal penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat adat agar mereka tidak terpinggirkan secara ekonomi, sosial, dan budaya. 

Transformasi semacam ini tentu memerlukan usaha yang dapat memediasi kemandirian dan imajinasi atau bayangan akan perubahan sosial. Mereka diajak untuk lebih terlibat menentukan perubahan sosial, budaya, dan ekonomi di lingkungan mereka. Mereka harus diajak menjadi subjek perubahan itu. Bukan objek.

Dalam konteks ini, bersama pemerintah daerah, EcoNusa mencoba hadir bersama masyarakat untuk melakukan perubahan dengan membangun kesadaran sosial dan budaya. Kita ingin membangun kemandirian masyarakat di wilayahnya sendiri. Dengan demikian, mereka tidak lagi bergantung pada bantuan dan akses ekonomi politik yang justru mematikan inisiatif perubahan sosial. 

Dalam upaya memediasi kesadaran kolektif ini, EcoNusa menyelenggarakan Sekolah Transformasi Sosial (STS) sejak 2019 hingga sekarang. Lokasinya tersebar di lebih dari 60 kampung di Papua, Papua Barat, dan Kepulauan Maluku. STS ini menjadi sarana untuk membangun ketangguhan masyarakat lokal agar mereka dapat mengelola, melindungi, dan memanfaatkan sumber daya alam di wilayah kelola tradisional mereka. Pemerintahan kampung dan warganya difasilitasi agar dapat memahami secara menyeluruh ruang kehidupan mereka beserta segala sumber-sumber penghidupan yang ada di dalamnya. 

Para kepala kampung dan kader kampung terlibat dalam urusan ini. Mereka mendapatkan ilmu melalui intervensi yang berbasis komoditas dan potensi yang dimiliki tiap kampung. Mereka belajar tentang pertanian, pembuatan pupuk, hingga pemanfaatan optimal kekayaan alam yang dimiliki. Ada kelas pertanian, kelas sagu, kelas pala, kelas pengering, kelas perikanan, kelas biogas, kelas pemetaan data kampung. Dengan ilmu yang diperoleh di kelas-kelas tersebut, mereka menebarkan benih baik pembangunan kampung ke semua orang. 

Di lain pihak, EcoNusa juga mengembangkan gagasan usaha untuk memberdayakan, mengoptimalkan, sekaligus menyalurkan komoditas lokal mereka ke akses pasar. Bekerja sama dengan banyak koperasi di kampung, EcoNusa membentuk Kobumi, sebuah perusahaan sosial yang tidak semata mencari untung. Gagasan perusahaan sosial ini menggabungkan konsep berdagang dengan kewajiban untuk membantu lingkungan sosial. Artinya, pendapatan yang diperoleh akan sejalan dengan manfaat yang diberikan kepada masyarakat, dengan tetap menerapkan prinsip keberlanjutan dan kelestarian sumber daya alam. 

Dengan cara-cara tersebut, kita meyakini bahwa transformasi sosial menjadi sebuah keniscayaan. Perubahan sosial dari masyarakat ini akan meneguhkan sikap masyarakat yang otonom terhadap wilayah dan sumber daya yang dimiliki. Transformasi ini menjadikan masyarakat tempatan di wilayah timur Indonesia mandiri secara sosial, budaya, dan ekonomi sambil menjaga sumber daya alam mereka agar tetap berkelanjutan. 

Mengutip salah satu peserta STS di Morekau di Maluku, dengan STS ini mereka membuat perubahan positif. Mereka ingin membangun ketangguhan pangan. Inilah salah satu tujuan dari transformasi sosial yang sedang kita jalankan.

Bustar Maitar

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved