Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Sekolah Adat Gadis Suku Ireres

Bagikan Tulisan
suku Ireres
Dua gadis suku Ireres sedang mengikuti sekolah adat. (Yayasan EcoNusa/Nelci Clarita Swasti Nenepat)

Manik-manik warna-warni memenuhi leher sekumpulan gadis Ireres sore itu. Senyum lebar merekah di wajah mereka. Mereka terlihat cantik dengan pakaian adat lengkap beserta aksesori dan tatanan rambut yang rapi. Sesekali, terlihat ada sedikit rasa cemas di raut wajah mereka, namun semua tertutupi dengan tawa yang ceria. 

Mereka adalah gadis-gadis suku Ireres yang sedang menjalani Sekolah Adat atau Pendewasaan Gadis Ireres. Ini bisa dibilang sebagai salah satu momen paling penting bagi gadis Ireres jelang dewasa. Ireres merupakan sebuah suku yang mendiami Distrik Ireres, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya. Suku Ireres memiliki beragam budaya dan kebiasaan yang unik, salah satunya adalah sebuah tradisi yang disebut pendewasaan seorang gadis atau yang biasa dikenal sebagai sekolah adat bagi perempuan suku Ireres.

Baca Juga: Festival Egek, Menjaga Alam dan Warisan Leluhur Suku Moi

Menurut para tetua, prosesi ini sangat penting bagi semua anak perempuan di Ireres. Adat ini merupakan prosesi yang dilakukan oleh orang tua untuk melindungi anak gadis mereka dari hal-hal buruk, salah satunya adalah perkawinan anak. Hingga 2023, data UNICEF mencatat bahwa Indonesia menempati peringkat ke-8 di dunia dan ke-2 di ASEAN untuk jumlah kasus perkawinan anak.

Dengan adanya sekolah adat ini, gadis-gadis Ireres diberikan pemahaman dan pengetahuan yang cukup untuk memahami pentingnya menunda pernikahan hingga mereka benar-benar siap secara fisik dan mental.

Prosesi Sekolah Adat

Prosesi adat ini dijalani oleh gadis berusia 14 tahun atau setelah gadis tersebut mendapatkan menstruasi pertamanya. Selama mengikuti sekolah adat ini, anak-anak perempuan akan diajarkan berbagai budaya Suku Ireres sebagai bekal untuk menjadi perempuan dewasa, termasuk berbagai ilmu tentang rumah tangga yang bisa mereka pelajari sebagai bekal kelak. 

Saat menjalankan tradisi ini, para gadis Ireres harus menggunakan pakaian tradisional lengkap dengan semua perhiasan (manik-manik) serta sebuah tali yang dipakai sebagai gelang pada tangan ataupun kaki yang terbuat dari tali khusus setiap hari selama proses tradisi ini berlangsung. Tradisi ini bisa berlangsung selama 1 hingga 12 bulan atau sampai tali yang digunakan telah putus dengan sendirinya.

Baca Juga: Antara Ritual Pemanggil Udang dan Koperasi Fgan Fen Sisi

Putusnya tali tersebut menandakan bahwa tradisi ini telah berakhir. Namun, jika orang tua dari para gadis yang melaksanakan tradisi ini merasa anak mereka sudah cukup dewasa, maka para orang tua bisa melepas gelang tali yang dipakai oleh para gadis dengan cara dibacakan sebuah kalimat dalam bahasa setempat dan akhirnya tali tersebut putus.

Pantangan Selama Sekolah Adat

Meski menggunakan pakaian adat selama menjalankan tradisi ini, gadis Ireres tetap bisa bersekolah dan beraktivitas seperti biasanya. Hanya saja, ada sejumlah pantangan yang harus mereka patuhi. Pantangan itu antara lain tidak boleh mandi, tidak boleh minum air selain air hujan, hanya diperbolehkan makan sayur-sayuran dan hasil kebun, dan tidak diizinkan makan makanan yang mengandung penyedap rasa.

Salah satu gadis Ireres yang sedang menjalankan sekolah adat adalah Ardiana Fatemasa. Ia mengatakan bahwa banyak belajar tentang kebudayaan dan tradisi Suku Ireres dari orang tua. “Kami dinasehati untuk selalu berhati-hati sebagai perempuan. Kami diajarkan banyak hal juga sebagai bekal hidup ke depan nanti,” kata Ardiana.

Sekolah adat ini adalah salah satu dari prosesi adat yang masih dijaga dengan baik oleh Suku Ireres. Menjaga tradisi seperti Sekolah Adat Gadis Suku Ireres penting sebagai wujud nyata mengakui eksistensi masyarakat adat di Indonesia. 

Tradisi ini tidak hanya melestarikan budaya dan kebiasaan unik suku setempat, tetapi juga memberikan pendidikan dan perlindungan kepada generasi muda. Dengan merayakan dan menghargai tradisi ini, kita turut serta dalam menjaga identitas dan keberlanjutan masyarakat adat di seluruh dunia.

Editor: Friska Kalia

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved