Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Sasi di Pulau Lemon, Inisiatif Anak Muda untuk Menjaga Laut

Bagikan Tulisan
Upacara penutupan sasi di Pulau Lemon. (Yayasan EcoNusa/Nur Alfiyah)

Tanah Papua kaya akan tradisi dan budaya, termasuk tradisi untuk menjaga alam. Salah satunya adalah sasi, yakni larangan untuk memanfaatkan hasil alam dalam kurun waktu yang telah disepakati bersama. Tradisi tersebut mulai dipraktikkan di Pulau Nusmapi yang dikenal juga dengan nama Pulau Lemon yang berada di Tekuk Doreri, Manokwari, Papua Barat. 

“Ini pertama kalinya ada sasi di Teluk Doreri. Kami memberlakukan sasi gereja untuk laut mulai hari ini selama satu tahun ke depan,” kata Plt. Kepala Kampung Nusmapi, Musa Rumbarar, Jumat, 31 Maret 2023. 

Sasi tersebut digagas oleh EcoDefender Manokwari, Karel Yambise, usai mengikuti kegiatan Kemah Pemuda Manokwari 2022 di Pulau Lemon yang diadakan oleh komunitas EcoDefender dan Komunitas Pecinta Alam Papua Barat (PELAMPAR) dengan dukungan Yayasan EcoNusa. Usai Kemah Pemuda, ia mengajak dua kawannya untuk melakukan penelitian kondisi laut di Pulau Nusmapi, ternyata banyak kerusakan baik pada terumbu karang dan menurunnya kualitas air. Masyarakat di pulau tersebut pun mengeluhkan jumlah tangkapan ikan yang tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. “Tapi 75 persen masih bisa diselamatkan,” ujar Karel.    

Baca Juga: Sasi Sambite: Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kualitas Pala Arguni Bawah

Karel kemudian mengusulkan pemberlakukan kearifan lokal sasi kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian laut mereka. Karena sasi akan memberikan waktu bagi hasil laut untuk tumbuh dan berkembang sehingga populasinya tetap terjaga. Namun awalnya, masyarakat menolak usulan tersebut lantaran mengira hal ini untuk kepentingan orang lain. Karel dan kawan-kawan EcoDefender lainnya kemudian mencoba menyampaikannya ke pengurus GKI Bahtera Utrecht yang berada di pulau tersebut. Gereja menerima inisiatif tersebut. 

Sasi merupakan tradisi budaya, dari setiap suku yang dilakukan dengan ritual adat dengan mengambil roh-roh nenek moyang untuk memberikan pertumbuhan. Gereja melakukan tradisi sasi dengan memberikan nilai-nilai baru dalam kekristenan, sebagai bentuk menjaga dan memelihara alam sebagai mandat yang diberikan oleh Allah,” ujar pendeta saat upacara penutupan sasi.

Dalam sidang gereja, masyarakat Pulau Nusmapi bersepakat bahwa sasi akan berlaku pada dua per tiga area laut Nusmapi. Masyarakat boleh mengambil hasil laut pada area yang tidak diberlakukan sasi atau di luar laut Nusmapi. Norma tersebut akan berlaku selama sasi ditutup. Mereka akan memberlakukan sasi selama setahun. Setelah ditutup pada 31 Maret 2023, sasi akan dibuka kembali pada 1 April 2023.

Baca Juga: Sasi Nggama: Tradisi Menjaga Laut di Kaimana

Nusmapi merupakan pulau yang berada di Teluk Doreri yang bisa ditempuh dengan berperahu sekitar 5 menit dari Kota Manokwari. Nusmapi termasuk pulau kecil, luasnya sekitar 6,87 hektare. Untuk mengelilingi pulau tersebut, cukup berjalan kaki selama 30 menit. Secara administrasi, Nusmapi sebelumnya menjadi bagian dari Kampung Mansinam. Sejak Desember 2022, Nusmapi secara resmi menjadi kampung terpisah.  

Saat ini ada 56 kepala keluarga yang mendiami pulau tersebut. Sebagian besar masyarakat di pulau tersebut bekerja sebagai nelayan. Mereka mencari hasil laut di perairan pulau, ada juga yang melaut hingga perairan Kabupaten Manokwari Selatan.   

Baca Juga: Membuka Egek, Melihat Deposito Alami Suku Moi

Ima Rumbobiar, warga Pulau Nusmapi mengatakan ia sebenarnya keberatan dengan aturan sasi tersebut karena ia tidak bisa lagi mencari ikan, gurita, maupun bia di perairan pulau. Biasanya Ima cukup langsung turun ke laut di belakang rumahnya dan berkeliling di sekitar pulau saja. Dengan aturan sasi, berarti ia mesti mengeluarkan ongkos bensin untuk menjangkau area perairan yang tidak diberlakukan sasi. “Tapi karena sasi ini untuk kepentingan masa depan, supaya anak-cucu masih bisa merasakan yang katong (kami) rasakan kini, jadi mari kita lakukan sasi,” katanya.

Yoel Rumbobiar, perwakilan pemilik ulayat Pulau Nusmapi juga mendukung aturan tersebut dan berterima kasih atas inisiatif dari EcoDefender. “Kita ini orang awam, tidak tahu tentang perlindungan laut bagaimana, tapi dengan Ecodefender ini kita baru tahu bahwa sasi untuk menyelamatkan dan melindungi. Ini sangat bagus. Kita lihat satu tahun lagi hasilnya bagaimana,” ujarnya. 

 

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved