Plastik punya ikatan sangat erat dalam kehidupan kita sehari-hari. Data menunjukkan bahwa 90 persen kemasan produk pangan menggunakan bahan plastik. Polusi plastik hingga kini masih menjadi momok besar yang menghantui dunia, termasuk Indonesia. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional mencatat dari 17.834.071,68 ton sampah yang berasal dari 145 kabupaten dan kota di Indonesia pada 2022, sebanyak 18,6 persen atau sama dengan 3.317.137,3 tonnya merupakan sampah plastik, dan mayoritas berasal dari sampah rumah tangga.
Meski sudah mulai banyak limbah plastik yang didaur ulang, namun masih banyak plastik yang mencemari lingkungan dan berakhir di dalam tanah, badan sungai, danau, hingga laut. Bahkan perlahan-lahan, komponen plastik justru terurai menjadipartikel-partikel plastik yang lebih kecil dan dikenal dengan sebutan mikroplastik.
Baca juga: Pawai Bebas Plastik Minta Perusahaan Produsen Setop Kemasan Saset
Mikroplastik adalah plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter. Menurut NOAA Marine Debris Program, mikroplastik dapat berasal dari banyak sumber, biasanya dari puing-puing plastik yang mencemari laut dan terkikis sedikit demi sedikit menjadi ukuran yang lebih kecil. Selain itu, terdapat pula mikroplastik buatan pabrik berupa microbeads yang biasa difungsikan sebagai pengelupas sel kulit mati pada produk-produk kecantikan. Partikel kecil ini akan dengan mudah melewati sistem penyaringan air dan berakhir mencemari laut bersama dengan polutan mikroplastik lainnya. Ukuran mikroplastik yang terlampau kecil juga memungkinkan partikel ini dapat tertelan dan terakumulasi dalam tubuh dan jaringan organisme, termasuk manusia.
Sebuah penelitian yang dipublikasi pada tahun 2017 berjudul The Presence of Microplastics in Commercial Salts from Different Countries yang dilakukan oleh Ali Karami dkk mengungkap keberadaan mikroplastik di dalam sampel garam dari 17 merek komersial yang berasal dari delapan negara, di antaranya Australia, Perancis, Iran, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Portugal, dan Afrika Selatan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sherri Mason bersama Universitas Minnesota pada tahun yang sama juga menemukan bahwa dari 12 sampel garam dapur yang diteliti, seluruhnya mengandung mikroplastik, di mana sepuluh merek di antaranya merupakan produk garam laut.
Di Indonesia, kandungan mikroplastik dalam garam juga sudah ditemukan. Ini terwakili melalui hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ikrar Tri Murpa dkk di tahun 2018 yang meneliti kandungan mikroplastik pada produk garam dapur yang beredar dan dijual di Pasar Terong, Kelurahan Bontoala, Makassar.
Baca juga: Cegah Makan Ikan Berplastik, Kota Sorong Setop Plastik
Lantas bagaimana dampak dari kontaminasi mikroplastik pada garam yang sehari-hari kita konsumsi? Temuan terbaru dari penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Hull, Inggris pada April 2022 mengidentifikasi adanya mikroplastik pada paru-paru manusia yang masih hidup. Penelitian tersebut menemukan bahwa 11 dari 13 sampel jaringan paru-paru yang diuji, ditemukan 39 partikel mikroplastik. Partikel mikroplastik yang ditemukan tersebut terdiri dari 12 jenis plastik yang biasa digunakan pada kemasan, botol, tali, dan benang.
Dilansir Guardian, Profesor Dick Vethaak, seorang ahli ekotoksikologi dari Vrije Universiteit Amsterdam dalam penelitiannya juga menguak fakta kontaminasi mikroplastik yang ditemukan dalam aliran darah manusia. Pada darah yang diambil dari 22 pendonor yang diuji di laboratorium, 80 persennya terkontaminasi mikroplastik. “Studi ini berhasil mengindikasi adanya kandungan mikroplastik dalam darah kita. Partikel-partikel itu ada dalam darah, dan diangkut ke seluruh tubuh kita. Sungguh mencengangkan dan mengkhawatirkan,” ucap Professor Dick Vethaak.
Baca juga: Mikroplastik dan Sampah Plastik Mengancam Kehidupan
Dalam hasil penelitian ini, dijelaskan bahwa partikel-partikel mikroplastik dapat menempel pada membran luar sel darah merah dan membatasi kemampuan sel darah merah dalam mengangkut oksigen. Mikroplastik juga ditemukan pada plasenta ibu hamil, di mana partikel itu bergerak dengan cepat melewati jantung, paru-paru, hingga otak janin.
Fakta mengagetkan lainnya juga dipaparkan oleh Profesir Dick Vethaak. Dia mengatakan pada penelitian sebelumnya, teridentifikasi bahwa partikel mikroplastik lebih banyak ditemukan pada kotoran bayi daripada kotoran manusia dewasa.
Ancaman polusi plastik sudah tidak bisa kita pandang remeh lagi. Plastik benar-benar telah mencemari kehidupan kita, tidak hanya lingkungan, namun juga telah masuk ke dalam tubuh kita. Ini adalah tanda bahwa dunia tengah menghadapi darurat polusi plastik, dan kita semua harus turut ambil peran dalam upaya menghentikan ancaman besar ini.
Editor: Nur Alfiyah