Berwisata tak sekedar meninggalkan jejak digital berupa swafoto dengan latar belakang alam nan memesona atau jejak karbon dari penggunaan alat transportasi berbahan bakar fosil. Berwisata lebih dari itu. Selain menikmati keindahan obyek wisata, ikut menjaga kelestarian alam dan menimba pengalaman dari khazanah kearifan lokal dapat pula menjadi alternatif daftar yang dapat dipenuhi saat berwisata.
Direktur Indonesian Ecotourism Network (INDECON) Ary S. Suhandi mengatakan, Indonesia memiliki beragam destinasi wisata kelas dunia. Menurutnya, salah satu tempat yang wajib disinggahi adalah Tanah Papua. Tak perlu jauh-jauh ‘terbang’ ke negara tetangga. Tanah Papua menyediakan beragam destinasi wisata alam dan budaya. Sebut saja wisata bawah air di Raja Ampat, salju di puncak Cartenz, festival budaya Lembah Baliem, festival budaya Asmat, ataupun pengamatan burung di Pegunungan Arfak. Tempat-tempat tersebut baru segelintir dari banyak destinasi wisata yang tersebar di Tanah Papua.
“Papua ini one stop destination. Semuanya ada di sana. Kalau ngomongin Papua itu selalu menyenangkan. Saya ucapkan terima kasih kepada semua orang Papua yang sudah menjaga sungai, hutan, dan juga laut,” kata Ary dalam diskusi daring bertajuk “Being an Eco Traveler” pada Jumat 17 Juli 2020.
Ary menuturkan bahwa berwisata sejatinya merupakan perjalanan yang bertanggung jawab. Aktivitas melepas penat tersebut memiliki hubungan yang erat dengan konservasi. Tanpa itu, praktik wisata rentan menimbulkan kerusakan alam.
“Kalau mau berwisata jangan hanya mengambil foto. Menjadi wisatawan yang menerapkan prinsip ekowisata tidak susah. Kita menyadari, perjalanan wisata kita memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, sehingga membuat keputusan perjalanan yang memenuhi keinginan, sekaligus meminimalkan dampak negatif menjadi penting,” ujar Ary.
Selain bertalian dengan isu konservasi dan memberikan rasa nyaman kepada wisatawan, ekowisata memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat sebagai subyek dalam pengembangan destinasi wisata. Wisatawan juga dapat mencari pengalaman baru dari kearifan lokal melalui interaksi langsung dengan masyarakat.
Ary mencontohkan kearifan lokal masyarakat di Pegunungan Arfak dalam membuat zonasi wilayah yang dikenal dengan Igya ser hanjob. Pedoman hidup masyarakat Arfak itu membagi wilayah menjadi empat bagian berdasarkan fungsinya sehingga kelestarian alam tetap terjaga.
“Interaksi dengan masyarakat lokal sangat penting. Dari sana kita bisa belajar banyak hal. Mengambil foto tak masalah. Itu bagian dari cerita. Tapi bukan tujuan. Tujuannya adalah menambah pengalaman baru, inspirasi baru, pengetahuan baru,” ucap Ary.
Program Associate Pengelolaan Sumber Daya Alam Yayasan EcoNusa, Aloysius Numberi, mengatakan ekowisata berperan penting bagi masyarakat dan sumber daya alam di Tanah Papua. Bumi Cendrawasih tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dengan luas tutupan hutan lebih dari 40 juta hektar.
“Kalau kita lihat, masyarakat di Tanah Papua memanfaatkan alam secara bertanggung jawab. Hanya mengambil secukupnya saja. Itu sebabnya ekowisata penting diterapkan di Tanah Papua agar alam dan budayanya tetap terjaga.” Kata Aloysius.
Editor: Leo Wahyudi