EcoStory

Membangun Rasa Timur dengan Hati

Bagikan Tulisan
CEO EcoNusa, Bustar Maitar, di acara Outlook EcoNusa 2022: Rasa Timur di Jakarta, 10 Februari 2022. (Yayasan EcoNusa/David Herman Jaya)

Mengawali tahun 2022 ini, saya terkesan dengan apa yang dikatakan Bupati Sorong, Johny Kamuru, dalam acara Outlook EcoNusa 2022 pada 10 Februari di Jakarta. Beliau mengatakan dengan lantang, “Di Tanah Papua tidak dibutuhkan orang yang kata-katanya kuat dan pandai berorasi. Tapi yang dibutuhkan adalah orang yang hatinya kuat, hati yang tulus, dan mau melayani.”

Lalu saya teringat ketika berada di Glasgow, Scotlandia, tahun lalu  saat para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas krisis iklim. Yang saya lihat dan saya dengar ternyata hanya nego-nego dan transaksi dari negara-negara besar dari isu perubahan iklim. Maaf kalau saya katakan demikian, karena justru yang lebih mendasar tentang upaya yang konkret untuk menahan laju bencana iklim justru terabaikan. 

Sementara itu, para ahli sepakat bahwa persoalan lingkungan, krisis iklim, ekonomi, kesehatan terkait pandemi Covid-19 berikut dampak sosial dan politik akan menjadi ancaman di 2022. Bahkan, kegagalan aksi iklim, cuaca ekstrem, dan hilangnya keragaman hayati akan menjadi ancaman nyata yang akan berdampak terhadap manusia dan bumi dalam sepuluh tahun ke depan.

Kini yang lebih nyata bukan sekedar perubahan iklim, tetapi bencana dan krisis iklim, karena manusia sudah salah urus dengan sumber daya alamnya. Dalam lingkup lebih kecil di Indonesia, khususnya di wilayah timur Indonesia, Tanah Papua dan Kepulauan Maluku, pun menghadapi dampak dari krisis iklim itu. Apalagi ketika hutan dibabat, bumi dan lautan dikuras isinya. Bagi masyarakat, yang diperlukan aksi nyata. Bukan kata-kata yang kuat dan orang yang pandai berorasi. Persis seperti yang dikatakan Bupati Johny. 

Entah suatu kebetulan, apa yang dikatakan Bupati Johny rasanya memang pas sekali. Saya memang sedang menggagas tema Rasa Timur yang saya pikir akan menjadi semangat EcoNusa dalam menjalankan misinya bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia selama 2022. 

EcoNusa bersama masyarakat Indonesia Timur ingin membangun rasa itu di tengah masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat global. Membangun rasa ini merupakan kesatuan rasa untuk saling peduli dan membantu dalam menjaga hutan, laut, dan alam di timur Indonesia sebagai benteng terakhir dalam menghadapi krisis iklim. Benteng itulah akan menopang kehidupan di masa mendatang. 

Selain itu, rasa timur ini juga merupakan ungkapan syukur dan sukacita ketika alam masih tetap menjadi sumber penghidupan. Namun, rasa itu juga mencakup rasa khawatir ketika masih ada pihak-pihak yang rakus untuk menguasai dan mengambil hak-hak masyarakat adat. Kerakusan inilah yang akan menguras sumber kehidupan demi menguntungkan pihak-pihak tertentu dan pemegang kekuasaan. 

Tanpa punya rasa yang sama, saya ragu kalau kita bisa melakukan sesuatu. Tapi, kalau kita punya hati yang tulus, maka akan tumbuhlah rasa. Kita dapat merasakan perasaan kita sebagai orang timur. Ketika kita sudah punya rasa, maka kita bisa wujudkan dengan kerja yang nyata. Kita baru bisa membangun wilayah timur Indonesia dengan lebih baik. 

Hati yang kuat dan tulus untuk melayani menjadi syarat penting untuk membangun rasa yang bisa membantu mewujudkan kemandirian masyarakat di timur Indonesia. Inilah rasa timur yang saya maksudkan. Saya melihat inilah momentum untuk berbagi rasa, berbagi dukungan, untuk bersama-sama menjaga kehidupan manusia dan alam yang dikemas dalam Rasa Timur.

Bustar Maitar

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved