Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Membangun Kesadaran Kritis Masyarakat Perlu Kepekaan

Bagikan Tulisan
Suasana pelatihan bagi community organizer (CO) di Kampus Perdikan, Yogyakarta, pada 5 – 15 Januari 2021. (Yayasan EcoNusa/Chairil Anwar)

Seorang community organizer (CO) harus mampu mengidentifikasi isu masalah yang ada di masyarakat dan mampu membangun kesadaran kritis masyarakat. Untuk itu, ada banyak teknik yang perlu dipelajari oleh seorang CO. Misalnya, dengan melakukan riset aksi partisipatif (Participatory Action Research).

Hal ini disampaikan oleh Ahmad Mahmudi, anggota Dewan Pembina Kampus Perdikan, dalam acara pendidikan CO yang diadakan di Kampus Perdikan, Yogyakarta, pada 5 – 15 Januari 2021. Acara ini diikuti oleh 15 peserta dari Yayasan EcoNusa dan perwakilan mitra dari wilayah timur Indonesia.

Selama 11 hari para peserta belajar untuk memahami kegiatan pengorganisasian masyarakat sebagai kegiatan organik yang berdasarkan prinsip-prinsip kedaulatan masyarakat. Bekerja dengan masyarakat mensyaratkan adanya kepekaan memahami situasi dan kondisi setempat. Kegiatan yang tepat bagi masyarakat hanya akan tercipta kalau seorang CO memiliki kepekaan semacam ini.

Siti Masriyah, Manajer Pengelolaan Sumber Daya Alam EcoNusa, menjelaskan bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan pendamping masyarakat  ini merupakan wadah belajar bagi para staf Yayasan EcoNusa yang akan ditempatkan di lapangan pada 2021. Para mitra kerja  juga dilibatkan untuk memastikan ada kesepahaman dalam pendekatan kerja demi  membangun kemandirian masyarakat di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku dalam mengelola sumber daya alamnya. Hal ini juga akan mendukung kegiatan Sekolah Transformasi Sosial yang dijalankan EcoNusa di berbagai kampung untuk melahirkan para kader lokal yang memiliki kapasitas  mengelola sumber daya alam berbasis kepentingan masyarakat lokal. 

CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar, juga berpesan bahwa setiap peserta yang mengikuti  kegiatan ini harus mampu membuat perencanaan kegiatan pengorganisasian masyarakat di masing-masing lokasi kerjanya. “Kegiatan pendidikan CO ini jangan sampai seperti menggosok balsam yang panasnya bertahan beberapa saat setelah digosok. Selama kegiatan pendidikan teman-teman sangat bersemangat, namun ketika sudah kembali ke lokasi kerja masing-masing hilang sudah semangatnya,” kata Bustar.

Ada beragam materi yang diberikan kepada para peserta untuk memperkuat pemahaman mengenai pengorganisasian masyarakat basis. Misalnya Metodologi Intervensi Sosial, Sejarah dan Pengertian CO, Filosofi dan Prinsip Kerja CO, Strategi dan Taktik CO, serta Instrumen Legal terkait kerja CO. Seluruh materi tersebut disampaikan oleh Dewan Pembina Kampus Perdikan, yaitu Roem Topatimasang, Toto Rahardjo, Ahmad Mahmudi dengan fasilitator Dony Hendrocahyono. 

Selain teori, peserta juga berkesempatan mendengarkan pengalaman para penggerak masyarakat dalam pengorganisasian masyarakat. Pengalaman itu berasal dari  para penggerak masyarakat yang bekerja di Dusun Karang Dawa, Desa Setu Patok, Cirebon dan di Desa Panggungharjo, Bantul. Pengalaman langsung ini akan membantu para peserta memahami teori pengorganisasian dalam konteks nyata.

Para peserta terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan ini karena materi yang diberikan membuka wawasan baru peserta. Apa yang diperoleh berbeda dengan kegiatan yang selama telah mereka lakukan di lapangan. Salmon, salah satu peserta dari Seram Bagian Barat, menuturkan bahwa kegiatan-kegiatan pendidikan pengorganisasian masyarakat memberi wawasan baru dan sangat berguna ketika nanti harus mendampingi masyarakat.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved