Indonesia adalah salah satu pemilik hutan mangrove terluas di dunia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat luasan hutan mangrove Indonesia mencapai 3,36 juta hektare atau mencakup lebih dari 24 persen dari total luas mangrove global. Dengan perkiraan 3,14 miliar ton karbon biru tersimpan.
Penelitian Bank Dunia memperkirakan bahwa mangrove di Indonesia bernilai rata-rata sekitar US$15.000 sampai $50.000 per hektare. Meski demikian, ekosistem mangrove banyak yang hilang akibat alih fungsi lahan. Data Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mencatat sekitar 931 ribu hektare hutan mangrove perlu direhabilitasi. Untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove, Yayasan EcoNusa dan Kwarnas Gerakan Pramuka menginisiasi mangrove badge challenge bagi anggota Pramuka tingkat Siaga, Penggalang, Penegak, hingga Pandega.
“Mangrove berperan dalam mitigasi dampak dari krisis iklim yang memiliki kemampuan tiga kali lipat lebih besar dalam menyerap gas rumah kaca dibanding hutan tropis. Mangrove juga berperan dalam mitigasi bencana dan berperan penting dalam ekosistem laut,” kata CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar, saat memberikan sambutan Workshop Modul Belajar Mangrove di area Bumi Perkemahan Cibubur, Selasa, 14 November 2023.
Baca Juga: Mangrove Badge, Upaya Mempercepat Pelestarian Mangrove
Bustar mengatakan, EcoNusa menggandeng Kwarnas Gerakan Pramuka karena memiliki lebih dari 25 juta anggota. Terlebih, Gerakan Pramuka pun memandang bahwa pelestarian lingkungan hidup merupakan tujuan yang perlu mendapat perhatian khusus. “Ini sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka agar setiap anggotanya menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup juga sejalan dengan misi dari Yayasan EcoNusa dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan,” ujar Bustar.
Menurut Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Budi Waseso, Workshop Modul Belajar Mangrove yang diikuti sekitar 40 orang Pembina dan Pelatih Pramuka hari ini merupakan salah satu cara memberikan pendidikan dan pembinaan yang dilakukan oleh Gerakan Pramuka untuk membentuk generasi muda yang peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup. Baik dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka maupun di dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, pelestarian lingkungan hidup dinilai sangat penting.
Baca Juga: Rehabilitasi Mangrove, Upaya Pemerintah Mengurangi Emisi Karbon
Budi mengatakan, hutan mangrove dapat mencegah dan mengurangi pemanasan global. Jika hutan mangrove hilang, pemanasan global berpotensi meningkat. “Dengan adanya hutan mangrove, niscaya manusia dapat memiliki kehidupan yang lebih aman, nyaman, dan sejahtera,” ujarnya.
Setelah dilangsungkan di Maluku, mangrove badge challenge kini diujicobakan di Kwartir Cabang dan Kwartir Daerah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Tangerang Kota, Bekasi, dan Depok. Setelah masa uji coba, mangrove badge challenge akan diimplementasikan di seluruh Indonesia pada 2024-2025.
Selanjutnya, Kwarnas Gerakan Pramuka berencana mengajukan badge mangrove tersebut ke tingkat dunia melalui beberapa tahap pada 2025 hingga 2028. “Badge ini akan menjadi badge pertama yang diusulkan oleh Pramuka Indonesia ke Asia-Pacific Scout Region, World Organization of the Scout Movement,” kata Andalan Nasional Komisi Pengabdian Masyarakat, Sonny Prima Sanjaya.
Baca Juga: EcoNusa dan Kwarnas Pramuka Berkolaborasi Ciptakan Pemimpin Peduli Lingkungan
Zainudin, pembina dari Kwartir Cabang Bekasi bercerita bahwa pelestarian mangrove di wilayahnya memberikan keuntungan bagi masyarakat. Warga di Tarumajaya, Bekasi membuka tempat wisata sehingga meningkatkan penghasilan masyarakat. Ia bersemangat membagikan ilmu yang didapatnya dari workshop mangrove ini kepada anak didiknya. “Ini adalah tugas penting kita untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi generasi selanjutnya, untuk anak-anak didik sebagai pengalaman bagi mereka,” tutur Zainudin.
Melisa Lisyanti, Andalan Kwarnas Komisi Abdimas Kwarcab Kota Bogor juga berencana menyosialisasikan mangrove badge challenge ke sekolah dari tingkat dasar hingga tingkat menengah atas, juga universitas di Kota Bogor. Ia pun berharap upaya mengusulkan badge ke tingkat internasional segera terlaksana. “Mudah-mudahan badge mangrove ini menjadi pionir, karya yang membuat Indonesia lebih diketahui sebagai negara kepulauan, sehingga mangrove kita diketahui dunia,” katanya.