Yayasan EcoNusa bersama masyarakat adat Suku Moi dari Kampung Malaumkarta, Sorong, Papua Barat, melakukan prosesi pemberkatan Kapal EcoXplorer melalui ritual adat pada Sabtu, 20 Agustus 2022. Ritual adat yang bernama befie ini dipimpin oleh tiga tokoh adat setempat, yakni Yustinus Magablo, Benyamin Magablo, dan Beni Kalami. Mereka memimpin upacara tersebut di hadapan CEO Yayasan EcoNusa Bustar Maitar, Asisten Bidang Pembangunan Setda Kabupaten Sorong Adi Bremantio, Kapolsek Makbon Iptu Max Pigai, Kapten Kapal EcoXplorer Nasiruddin, dan disaksikan oleh seluruh warga Kampung Malaumkarta.
Befie adalah ritual adat untuk meminta restu kepada para leluhur atau arwah nenek moyang yang dipercaya bersemayam di wilayah adatnya. Tujuannya agar orang yang mendapatkan befie ini diberi kemudahan dan kelancaran dalam melakukan aktivitas di wilayah setempat.
Dalam ritual befie ini para tokoh adat dan perempuan menyanyikan lagu dalam bahasa setempat sambil mengelilingi dek haluan kapal sebanyak tiga kali. Setelah itu digelar tikar dan meletakkan noken yang berisi pinang, sirih, kapur, rokok, dan tanah. Kemudian para tokoh adat secara bersamaan memanggil para arwah. Setelah berlangsung selama kurang lebih tiga menit, seorang tokoh mengambil tanah yang digelar di atas tikar itu lalu mengoleskannya di tiang layar kapal dan mengoles di tubuh Kapten Kapal EcoXplorer dan para tamu lainnya. Selanjutnya, beberapa benda lainnya seperti pinang, sirih, dan kapur ditaburkan ke laut.
Baca Juga: EcoNusa Dukung Riset Kelautan dan Perikanan di Kepulauan Maluku
Asisten Bidang Pembangunan Setda Kabupaten Sorong, Adi Bremantio, mengapresiasi pemilihan ritual tersebut untuk pemberkatan kapal. “Ini adalah bentuk penghormatan terhadap kearifan lokal masyarakat adat di daerah ini. Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong, kami sangat berterima kasih kepada Yayasan EcoNusa,” ujar Adi.
EcoXplorer adalah kapal pinisi yang dibangun kembali oleh EcoNusa. Kapal ini akan difungsikan untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat dengan membawa komoditas masyarakat, menyebarkan kesadaran tentang keanekaragaman hayati dan budaya, serta memfasilitasi penelitian di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Sejak berlayar pada Juni lalu, EcoXplorer telah memfasilitasi penelitian terumbu karang Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan para mitranya.
Adi mendukung upaya-upaya tersebut. Ia mengakui bahwa pelayanan terhadap masyarakat tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah sendiri dan perlu keterlibatan pihak lain, agar sentuhan pembangunan dapat dirasakan masyarakat, terutama di wilayah-wilayah yang terpencil. Karena itu, menurut dia, apa yang dilakukan Yayasan EcoNusa itu sangat luar biasa, dan pemerintah sangat berterima kasih.
Baca Juga: Catatan Perjalanan: Menjadi Relawan Pengajar Bahasa Inggris di Kampung Wisata Malagufuk
CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar, dalam sambutannya menjelaskan bahwa dipilihnya Malaumkarta sebagai lokasi ritual pemberkatan adat untuk Kapal EcoXplorer, karena masyarakat Malaumkarta yang selalu dekat dengan kerja-kerja EcoNusa. Selama dua tahun, EcoNusa telah melakukan berbagai proses pendampingan dan pembelajaran kepada masyarakat di daerah ini.
Dengan kehadiran kapal EcoXplorer, Bustar berharap masyarakat Malaumkarta bersama EcoNusa dapat berproses untuk mengelola sumber daya alam yang ada di wilayah adatnya, untuk memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat. Selain itu, ia juga berharap Learning Center Mibi yang sudah dibangun Econusa bersama masyarakat adat Malaumkarta dapat dimanfaatkan secara optimal, sehingga dapat memberikan manfaat kepada generasi muda di Malaumkarta Raya. “Kalau masyarakat menganggap apa yang dilakukan EcoNusa ini tidak penting, EcoNusa akan pergi. Tapi kalau ini penting, mari kitong (kita) jalan sama-sama,” ujarnya.
Editor: Nur Alfiyah, Leo Wahyudi