Yayasan EcoNusa genap berusia enam tahun pada bulan ini. Tentu, banyak tantangan yang dihadapi dalam perjalanan ini, salah satunya pandemi Covid-19. Meski demikian, EcoNusa tetap berupaya agar pemberdayaan yang dilakukan di lapangan tetap relevan. EcoNusa tetap bergerak ke kampung-kampung demi mewujudkan kemandirian masyarakat dengan potensi lokal. Hingga 2022, sebanyak 179 kampung di 33 kabupaten dengan 35.800 orang penerima manfaat baik secara langsung dan tidak langsung bisa kami jangkau. (Baca Laporan Tahunan 2022)
Bersama pemerintah, EcoNusa kembali melanjutkan upaya perbaikan tata kelola perizinan berbasis lahan, khususnya perkebunan sawit di Provinsi Papua Barat. Hingga akhir 2022, izin lahan konsesi seluas 14.093 hektar dicabut, sementara izin lahan seluas 194.887 hektar masih dalam proses kajian. Kami tetap konsisten mengupayakan agar tata kelola semakin baik dan hak masyarakat adat diakui untuk mengelola sendiri wilayah adatnya.
Sepanjang 2022, kami juga mendukung upaya pemetaan wilayah adat baik yang dilakukan langsung oleh EcoNusa atau pun bersama para mitra. Dukungan pemetaan wilayah adat menjangkau area seluas 452.549 hektar, yang kemudian oleh masyarakat adat area tersebut diusulkan kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan pengakuan hak.
Baca Juga: Kabar Baik, Wilayah Adat Gelek Ulim Abgies Pela Mendapat Pengakuan Pemerintah
Ada kabar baik yang kami terima pada Januari 2023. Penjabat (Pj) Bupati Sorong, Yan Piet Moso menerbitkan Surat Keputusan Bupati Sorong Nomor 593.2/KEP.77/TAHUN 2023 tentang Pengakuan Hak Gelek Ulim Abgies Pela. Gelek Ulim Abgies Pela merupakan bagian dari Suku Moi. Wilayah adatnya berlokasi di Kampung Kwakeik yang berbatasan langsung dengan lima gelek (marga), yakni Ulim Abgies Kiem, Ulim Abya Pela, Mobalen Klatomok, Kadakolo Awenolo, dan Kadakolo Tiliwolo. Kami harap masyarakat adat di wilayah lain pun segera mendapatkan haknya.
Kaum muda yang terus bergerak untuk aksi perubahan iklim menunjukkan hasil yang signifikan. Antusiasme mereka yang sangat tinggi merefleksikan sebuah kebanggaan sekaligus harapan. Dalam Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) 2022, hampir 25.000 anak muda dari berbagai wilayah di Indonesia terlibat langsung dalam aksi pelestarian lingkungan karena mereka mau melihat hari ini dan masa depan yang lebih baik.
Kami terus menggaungkan praktik baik dan narasi positif yang dilakukan masyarakat adat di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Informasi tentang kekayaan alam termasuk tradisi, seperti cerita upaya yang dilakukan masyarakat adat dalam menjaga hutan, laut, iklim, mengelola sumber daya alam, kekayaan biodiversitas serta keunikan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang terus dipertahankan di tengah arus modernisasi, menjadi inspirasi kami membuat narasi yang membangun aksi. Sebanyak lebih dari 300.000 pengikut di kanal media sosial secara aktif berinteraksi dengan EcoNusa secara virtual dan lebih dari 7.000 peserta berpartisipasi pada diskusi-diskusi kami.
Baca Juga: Suara Kaum Muda Selamatkan Timur Indonesia
Hasil asesmen yang kami lakukan pada kuartal empat tahun ini, dari 700 orang responden yang mewakili 5 kota besar (Jakarta, Bandung, Makassar, Ambon, dan Sorong), 53 persen responden menyatakan bahwa mereka memberikan perhatian lebih pada isu alam, lingkungan, dan sosial budaya.
“Terima kasih kepada tim EcoNusa dan semua mitra yang telah mendukung terlaksananya semua kegiatan ini, termasuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Semoga apa yang telah kita lakukan, manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat adat di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku,” kata CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar yang disampaikan dalam acara syukuran peringatan HUT Yayasan EcoNusa (21/7).
Dengan semangat menyongsong tahun harapan, EcoNusa percaya bahwa perjalanan tahun-tahun ke depan mungkin tidak mudah, namun akan terus ada jalan untuk mencapai tujuan. Kemandirian ekonomi masyarakat adat perlu tetap dibangun, terutama oleh koperasi yang digerakkan oleh masyarakat. Kami berupaya membuka peluang pasar melalui KOBUMI, sebuah perusahaan sosial yang didirikan untuk meningkatkan kualitas komoditi lokal dan
membuka peluang pasar di wilayah Papua dan Maluku yang memiliki keterbatasan akses sehingga masyarakat kesulitan menjual hasil panennya. April 2023, KOBUMI berhasil menjual 12,3 ton pala hasil bumi masyarakat adat di Maluku ke Jakarta. Semoga peluang pasar nasional dan internasional ke depan semakin terbuka sehingga kesejahteraan masyarakat bisa semakin dekat.
Baca Juga: Mama Yulita Buat Limbah Kepala Udang Bernilai Ekonomi
Kami juga akan terus menggerakkan anak muda agar lebih peduli terhadap kondisi iklim dunia melalui komunitas EcoDefender dan Penjaga Laut. Karena anak-anak mudalah calon pemimpin masa depan yang akan membuat kebijakan. Sehingga penting untuk membangun kepedulian mereka terhadap lingkungan sejak sekarang.
Sejalan dengan itu, EcoNusa juga akan terus membangun narasi positif tentang Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Menyebarkan berita tentang praktik baik yang dilakukan oleh masyarakat adat agar bisa direplikasi, atau paling tidak dilestarikan, agar hutan dan laut di Indonesia Timur tetap terjaga.
EcoNusa akan terus belajar untuk selalu relevan. Bukan perkara mudah, tapi harus terus belajar. Pada akhirnya, dinamika yang terus terjadi di Timur Indonesia tidak akan pernah menyurutkan semangat kami. Tantangan yang kami hadapi di lapangan akan kami jadikan pembelajaran untuk terus berusaha berjalan lebih jauh dan bekerja untuk masyarakat, iklim kita, dan untuk Indonesia.
Editor: Swiny Adestika