Jurnal Current Biology (edisi 9 Maret 2020) menerbitkan temuan terbaru tentang bahaya sampah plastik untuk satwa laut, khususnya penyu. Temuan tersebut menyatakan bahwa aroma sampah plastik yang sudah lama tergenang di lautan akan menimbulkan aroma seperti makananan bagi hewan laut. Sampah plastik yang sudah lama tergenang akan menjadi rumah bagi mikroba, lumut, dan tumbuhan lainnya. Satwa laut seperti penyu dan mamalia laut seperti paus mencari makanan dengan menggunakan indra kimiawi penciuman. Mereka menganggap bahwa plastik tersebut adalah makanan.
Hal ini didukung oleh pernyataan Dr. Joseph Pfaller dari Universitas Florida, yang dilansir oleh kanal berita BBC Indonesia pada 10 Maret 2020. Dia mengatakan bau yang menguar dari plastik terapung adalah “aroma tipuan” bagi penyu dan bukan melulu melalui visual, mereka terpikat terhadap sampah di laut.
Lautan Indonesia dalam lima tahun belakangan banyak terjadi kasus-kasus kematian satwa laut seperti ikan paus yang mati di Wakatobi, penyu yang ditemukan di pantai Congot, Kulon Progo. Ketika dilakukan pemeriksaan, ada banyak sampah plastik dalam perut mereka. Secara global ada banyak kematian satwa laut karena sampah plastik. Misalnya, 13 paus yang mati di Jerman, Inggris, dan Belanda pada 2016 silam. Semua mati akibat plastik yang termakan. Bahkan di dalam salah satu paus ditemukan jaring ikan sepanjang 15 meter.
Pemerintah Indonesia sudah memiliki Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut 2018 – 2025 untuk mengurangi sampah plastik sebesar 70 persen pada 2025. Hal tersebut harus dioptimalkan dalam implementasi aksi nasional untuk mengurangi sampah plastik. Secara individu, hal ini dilakukan dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Secara kolektif dapat dilakukan dengan aksi nyata seperti bersih pantai atau beach cleanup.
Kegiatan Menghadap Laut berupa bersih pantai sudah dilakukan secara nasional sejak 2018, 2019, dan yang terbaru pada Maret 2020 lalu. Yayasan Econusa dan Pandu Laut Nusantara bekerja sama dengan Yayasan Konservasi laut serta lebih dari 50 komunitas mengadakan kegiatan bersih pantai di Pantai Tanjung Bayang, Makassar. Aksi tersebut merupakan upaya mengurangi sampah di laut dan sebagai sarana para pemerhati laut, baik individu atau komunitas, untuk terus mengkampanyekan laut sehat.
Baca juga: Menjaga Laut Makassar Bebas Sampah
Upaya mengurangi sampah plastik di laut bukan hanya membuat laut lebih bersih, namun lebih jauh lagi dapat membuat ekosistem lebih baik untuk kehidupan satwa dan kesehjateraan perekonomian masyarakat. Prediksi 2050 yang dibuat oleh para ilmuwan menyatakan bahwa jumlah sampah plastik di laut dan jumlah ikan yang menjadi korban sampah plastik akan lebih banyak. Namun semua itu dapat dicegah.
Untuk itu, diperlukan kolaborasi dengan pemerintah dengan mendukung upaya penciptaan dan penguatan kebijakan-kebijakan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Sementara itu, komunitas dapat melakukan kampanye-kampanye lingkungan agar masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Indonesia sebagai negara dengan keragaman hayati yang luar biasa dianugerahi sumber daya kelautan dan perikanan yang kaya. Ini harus terus dipertahankan agar tidak ada lagi satwa-satwa laut yang mati sia-sia karena sampah plastik.
Baca juga: Pawai Bebas Plastik, Suara Bersama Mengurangi Plastik Sekali Pakai
Editor: Leo Wahyudi