
Nabire, salah satu kabupaten pesisir di Papua, menyimpan potensi besar dalam komoditas kelapa. Masyarakat telah lama menggantungkan hidup dari hasil panen kelapa yang diolah menjadi kopra, komoditas turunan yang memiliki nilai jual tinggi. Permintaan global terhadap kopra dan produk turunannya seperti minyak kelapa menunjukkan peningkatan dalam beberapa waktu terakhir. Namun, petani kelapa di pulau-pulau kecil di Papua belum sepenuhnya merasakan dampak positifnya. Mahalnya biaya distribusi dari pulau ke kota membuat margin keuntungan mereka sangat kecil. Bahkan, tak jarang hasil penjualan habis hanya untuk biaya transportasi.
Untuk menjawab tantangan ini, Yayasan EcoNusa bekerja sama dengan Koperasi Sisandei Maju Bersama dan pemerintah daerah dalam mendukung pembelian kopra langsung dari petani, memastikan akses pasar yang lebih adil dan berkelanjutan.
Pulau Hariti: Lumbung Kelapa di Kepulauan Moora
Salah satu pusat kelapa terpenting di Nabire adalah Pulau Hariti, yang termasuk dalam Distrik Kepulauan Moora. Dengan luas 2,62 kilometer persegi dan dihuni oleh sekitar 288 jiwa, lebih dari setengah daratannya merupakan kebun kelapa aktif. Pulau ini juga menjadi tempat pembibitan kelapa yang bibitnya dikirim ke pulau-pulau sekitar.
Baca Juga: Kelapa Nabire, Komoditas Bernilai Tinggi dari Pesisir Papua
Pada April 2025, tim dari Yayasan EcoNusa, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Nabire, serta Koperasi Sisandei mengunjungi Hariti untuk melihat langsung kondisi kebun kelapa dan berdialog dengan masyarakat. Masyarakat mengaku sempat tergoda oleh harga tinggi yang ditawarkan tengkulak dari luar
pulau. Namun meski memberi harga yang lebih bersaing, tengkulak tidak membeli secara rutin, menyebabkan kelapa menumpuk dan tidak terjual.
Kondisi ini akhirnya membuat petani memutuskan untuk kembali menjual hasil panen mereka ke Koperasi Sisandei Maju Bersama, yang dikelola oleh Bapak Marten Manuaron. Koperasi tersebut selama ini telah menjadi mitra terpercaya karena konsisten membeli kelapa secara berkala, yang kemudian diolah menjadi kopra. Untuk pemasaran kopra, pihak koperasi juga bekerja sama dengan Yayasan EcoNusa. Hubungan yang stabil ini memberikan rasa aman bagi petani dalam mengelola panen dan pendapatan mereka.
Pulau Kunure: Harmoni Ekowisata dan Pertanian Kelapa
Berbeda dari Hariti, Pulau Kunure di Distrik Napan adalah pulau kecil yang tidak dihuni. Meski demikian, letaknya yang strategis dekat Teluk Cenderawasih menjadikannya tempat transit bagi wisatawan yang ingin melihat hiu paus di perairan Kwatisore dan Soa. Keindahan pantainya dengan pasir putih yang lembut, air laut yang jernih, dan pemandangannya yang mempesona, membuka peluang besar untuk ekowisata.
Baca Juga: Kopra Kaimana Didistribusikan ke Pasar Nasional
Meski sepi, Kunure punya kebun kelapa yang dikelola oleh warga dari pulau sekitar. Petani datang ke pulau ini hanya untuk berkebun dan memanen kelapa. Beberapa hasil panen juga dijual ke Koperasi Sisandei. Dengan nilai ekonomi dan keindahan alam yang berjalan berdampingan, Pulau Kunure menjadi contoh integrasi antara sektor pertanian dan pariwisata berkelanjutan di Papua.
Kolaborasi adalah Kunci Masa Depan Kopra Papua
Kisah dari Pulau Hariti dan Kunure menegaskan bahwa kolaborasi antara petani, koperasi, pemerintah daerah, dan lembaga seperti EcoNusa sangat penting dalam mewujudkan sistem pertanian kelapa yang adil dan berkelanjutan. Kolaborasi ini memperkuat jejaring distribusi dan mendorong nilai tambah bagi produk lokal yang berasal dari pulau-pulau kecil di Nabire. Dukungan ini membantu memastikan bahwa hasil panen petani tidak hanya terjual, tetapi juga memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dan stabil.
Editor: Nur Alfiyah