Banda Neira, sebuah pulau kecil yang terletak di kepulauan Maluku, Indonesia, telah menjadi pusat perhatian baru dalam upaya konservasi laut dan pembangunan berkelanjutan. Dua inisiatif utama, yang dikembangkan oleh Yayasan EcoNusa dan mitra-mitra lokal, kini menjadi tonggak penting dalam upaya menjaga keanekaragaman hayati laut dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Marine Station EcoNusa, yang berlokasi di Banda Neira, telah menjadi pusat riset, pendidikan, dan perekonomian bagi komunitas setempat. Dibangun atas kolaborasi antara Yayasan EcoNusa, Universitas Banda Neira (UBN), dan Koperasi Banda Neira Mandiri, Marine Station meluncurkan program kolaborasi pembangunan Keramba Jaring Apung (KJA) sederhana pada 22 April 2024. KJA ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa UBN, terutama di Fakultas Perikanan. Ini menandai langkah awal yang signifikan dalam upaya untuk menyelaraskan konservasi dengan pembangunan ekonomi lokal.
“Peluncuran keramba jaring apung ini kami harapkan selain jadi opsi memanfaatkan potensi SDA di Banda Neira melalui perekonomian skala kecil, juga menjadi kelas lapangan bagi para mahasiswa di UBN untuk belajar dan praktik langsung. Marine Station ini juga terbuka bagi berbagai kegiatan mahasiswa mulai riset, hingga kelas untuk belajar,” kata Bustar Maitar, CEO Yayasan EcoNusa.
Selain itu, upaya konservasi juga didorong melalui kemitraan antara EcoNusa dan Ocean Eye. Ocean eye adalah sebuah aplikasi atau platform yang memungkinkan wisatawan atau pengguna lainnya untuk melaporkan pengamatan hewan laut dan aktivitas lingkungan mereka selama berada di laut.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan melalui teknologi. EcoNusa telah lama berkomitmen untuk melindungi keanekaragaman hayati dan lingkungan di Indonesia Timur, dan kemitraan ini memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk berkontribusi langsung pada konservasi laut.
Kolaborasi ini dimulai dengan Lokakarya untuk Masyarakat dalam Pengelolaan Keanekaragaman Hayati Laut Berkelanjutan, yang diadakan di Banda Neira pada 23 April 2024. Melalui platform Ocean Eye, wisatawan dapat melaporkan pengamatan hewan laut dan aktivitas lingkungan mereka, serta berpartisipasi dalam donasi yang akan didistribusikan untuk mendukung program pemberdayaan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Program Officer Ocean Eye Indonesia, Aramita Livia Ardis mengatakan, “Banda Neira adalah pilihan pertama kami untuk program ini karena memiliki keanekaragaman hayati yang kaya yang layak dilindungi. Kami bertujuan agar keberhasilan program ini membawa manfaat baik bagi lingkungan maupun masyarakat di Banda Neira.”
Kolaborasi antara EcoNusa, Ocean Eye, dan mitra lokal lainnya menandai langkah penting dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi laut dan ekosistem pesisir. Melalui upaya bersama ini, diharapkan bahwa Banda Neira akan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam menjaga keanekaragaman hayati dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan di Indonesia Timur.