Tanah Papua dan Kepulauan Maluku merupakan wilayah potensial yang berada di Kawasan Timur Indonesia. Dua wilayah tersebut memiliki potensi laut dan hutan yang luar biasa. Menurut Badan Pusat Statistik pada 2021, sebanyak 77,91 persen lahan di Tanah Papua adalah tutupan hutan. Sementara di Kepulauan Maluku, tutupan hutan mencapai 85,99 persen.
Sedangkan untuk perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat wilayah perairan 718 yang berada di Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur memiliki estimasi potensi sumber daya ikan tertinggi di Indonesia. Maluku pun ditetapkan sebagai Lumbung Ikan Nasional karena memiliki potensi sumber daya ikan yang besar.
Para pemuda di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku memiliki peranan penting dalam mengelola dan melindungi potensi hutan dan laut tersebut. Oleh sebab itu, anak muda perlu mengembangkan ide-ide kreatif dan strategis untuk menyelesaikan berbagai masalah lingkungan demi membuat alam tetap lestari.
Baca Juga: Kemah Pemuda Manokwari: Membangun Jejaring Anak Muda yang Peduli Lingkungan
Saya berkesempatan mengikuti Youth Strategic Meeting di Learning Center Mibi di Sorong, Papua Barat Daya, bersama teman-teman pemuda lain dari Tanah Papua dan Kepulauan Maluku pada 11-14 Agustus 2023. Youth Strategic Meeting yang difasilitasi oleh Yayasan EcoNusa merupakan sebuah ruang bagi anak muda untuk bersama memikirkan dan merumuskan strategi yang akan dilakukan dalam waktu yang singkat namun bisa berdampak besar terhadap ekosistem hutan dan laut, khususnya di wilayah Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Harapannya strategi ini bisa ikut melindungi hutan dan laut di kedua wilayah tersebut.
Saya berangkat ke Sorong dari Ambon pada Sabtu, 14 Agustus 2023. Sesampainya di Sorong, saya bersama staff EcoNusa, anak muda dari Ternate, dan panitia kegiatan Youth Strategic Meeting berangkat ke Learning Center Mibi. Dari Kota Sorong, perjalanan ditempuh selama 1,5 jam melewati jalan beraspal yang membelah hutan. Kami tiba di Mibi pada pukul 14.45 WIT. Di sana, telah ada anak muda dari Sorong, Manokwari, Merauke, dan Jayapura. Kami semua tergabung dalam komunitas Ecodefender atau Penjaga Laut.
Kegiatan utama dalam Youth Strategic Meeting ini adalah sesi berbagi, diskusi strategi, dan pemaparan rencana kerja. Aktivitas dimulai dengan sesi berbagi oleh CEO EcoNusa, Bustar Maitar. Ini adalah salah satu kegiatan yang sangat berkesan karena bisa bertemu dan mendapatkan pengalaman langsung dari sosok yang berjuang untuk alam Indonesia Timur. Bang Bustar menjelaskan tentang pentingnya peran pemuda bagi kekayaan alam Indonesia Timur.
Baca Juga: Inisiatif Lintas Agama IRI Mengajak Umat untuk Menjaga Hutan
“Pemuda adalah mitra EcoNusa dalam menjaga dan melestarikan hutan dan laut Indonesia Timur. Tutupan hutan di Tanah Papua mencapai 70 persen lebih dan laut Indonesia Timur juga memiliki potensi yang luar biasa, apabila tidak dikelola dan disadari dengan cepat, eksploitasi akan terjadi terus-menerus sehingga anak-cucu kita nanti tidak akan merasakannya,” kata Bang Bustar.
Di sesi berbagi dan diskusi strategi ini, kami juga berkesempatan untuk mendengarkan dan belajar dari pengalaman staff EcoNusa dan teman-teman muda lain. Ada kepala kantor EcoNusa Sorong, kakak Adi Saputra, yang juga menegaskan tentang perlunya mencari akar masalah lingkungan.
“Kalau tong (kita) bikin aksi bersih pagi terus sorenya kotor lagi, ya jangan fokus bikin aksi bersih terus. Coba teman-teman mencari langsung akar masalahnya di mana dan mencari solusi terbaik juga efisien untuk dilaksanakan. Contohnya tidak menggunakan plastik sekali pakai,” kata kaka Adi.
Baca Juga: Pawai Bebas Plastik Dorong Pemerintah Lakukan Ini
Dari sesi berbagi tersebut, ada beberapa tip dan trik yang dibagikan untuk menarik perhatian serta mengedukasi pemuda, yakni edukasi dilakukan dengan pendekatan kelompok, edukasi diselingi dengan kegiatan yang disukai audiens, mencari akar masalah lingkungan, dan menggali data awal sebagai bahan untuk membuat rencana kerja.
Selain belajar lewat sesi berbagi, kami juga dipandu untuk merumuskan masalah dan potensi yang ada di lingkungan. Ini kemudian digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana strategis yang lebih sederhana namun diharapkan bisa memberikan dampak dalam perlindungan hutan dan laut di timur Indonesia. Sehingga ketika pulang ke Ambon, saya membawa rencana kerja yang terstruktur, sederhana, dan diharapkan bisa memberikan dampak besar untuk pemuda di Maluku nantinya.
Penulis: Khadija, Komunitas Penjaga Laut Ambon
Editor: Nur Alfiyah