Search
Close this search box.
EcoStory

Menjaga Laut Makassar Bebas Sampah

Bagikan Tulisan
Peserta bersih pantai dan laut di Pantai Tanjung Bayang, Makassar, Sulawesi Selatan, mengumpulkan sampah pantai di dalam karung. (Yayasan EcoNusa/Yusran Ucang)

Yayasan EcoNusa, Organisasi Pandu Laut Nusantara dan Yayasan Konservasi Laut (YKL) mengadakan gerakan bersih pantai dan laut (Beach Clean-Up/BCU) di Pantai Tanjung Bayang, Makassar, Sulawesi Selatan pada 15 Maret 2020. Aksi bersih pantai ini berhasil mengumpulkan lebih dari 1,4 ton sampah terutama sampah plastik sekali pakai.

Inisiatif ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat khususnya kaum muda Kota Makassar. Gerakan ini melibatkan 57 organisasi dan komunitas peduli lingkungan yang diikuti 1.300 anak muda. Aksi ini mengajak warga Kota Makassar untuk tidak membuang sampah ke laut sambil mengurangi sampah plastik sekali pakai demi menjaga ekosistem laut.

Kegiatan bersih pantai Pantai Tanjung Bayang merupakan kegiatan bersih pantai pertama yang diadakan koalisi organisasi lingkungan di 2020. Kota Makassar menjadi pilihan karena Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memproduksi perikanan sebesar 3,9 juta ton pada 2016. Selain itu, Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan tingkat konsumsi ikan tertinggi di Indonesia yang mencapai 46,5 kilogram per kapita per tahun. Sulawesi pada umumnya dikenal memiliki pelaut dan nelayan ulung dan memiliki tempat yang indah untuk wisata bahari.

Pantai Tanjung Bayang jaraknya dekat dengan pusat Kota Makassar dan menjadi salah satu pusat wisata. Masyarakatnya terancam oleh keberadaan sampah terutama sampah plastik sekali pakai. Terbukti, aksi bersih pantai selama kurang lebih dua jam dengan jarak 1 kilometer di pantai tersebut terkumpul 1,436 ton sampah yang didominasi oleh sampah stirofoam dan plastik.

Direktur Yayasan Konservasi Laut (YKL) Nirwan Dessibali mengatakan keberadaan laut memiliki kontribusi yang besar bagi warga Makassar. Dengan demikian, menurut Nirwan kebersihan laut patut dijaga agar masyarakat dapat terus menggunakan sumber daya yang ada di latu.

 “Laut berkontribusi besar terhadap kehidupan masyarakat di Kota Makassar sehingga masyarakat perlu menjaga kebersihan dan kesehatan laut untuk keberlangsungan hidupnya,” kata Nirwan.

Sampah yang terkumpul terdiri dari 169,38 kilogram plastik keras, 96,05 kilogram plastik lunak, 21,14 kilogram logam, 16,9 kilogram karet, 312,53 kilogram Stirofoam, 193,24 kilogram kaca, 16,73 kilogram kertas, 63,34 kilogram kayu, 47,52 kilogram kain, 4,27 kilogram bahan berbahaya dan beracun, 289,66 kilogram organik dan 205,36 kilogram sampah lainnya.

Menanggapi gerakan ini, Ketua Yayasan EcoNusa dan Pandu Laut Nusantara,  Bustar Maitar mengatakan bahwa gerakan bersih pantai dan laut adalah momentum yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan untuk membuat tradisi baru di masyarakat.

“Gerakan bersih pantai dan laut ini merupakan wadah untuk pemerintah, organisasi, dan komunitas yang peduli laut untuk bersama-sama memberikan contoh yang baik bagi masyarakat agar nantinya dapat mengikuti kebiasaan bersih pantai. Diharapkan ini dapat merubah kebiasaan masyarakat untuk menggunakan plastik sekali pakai dan kebiasaan membuang sampah di laut,” ujar Bustar.

Bustar mengharapkan gerakan bersih pantai dan laut ini dapat menjadi agenda rutin Kota Makassar dan juga diikuti di berbagai kota di Indonesia. Dengan demikian, gerakan ini membantu mengembalikan keindahan, kebersihan dan kesehatan laut Indonesia.

Sampah-sampah yang sudah terkumpul dan terpilah kemudian diangkut sebagian ke bank sampah di Kota Makassar untuk mengambil sampah-sampah yang memiliki nilai lebih. Sebagian lainnya diangkut ke tempat pembuangan sampah akhir Kota Makassar oleh Dinas Lingkungan Hidup.

Semangat terpancar dari para peserta kegiatan bersih pantai pada hari Minggu itu. Semangat tersebut membawa harapan untuk laut yang lebih baik, bebas sampah, dan laut yang sehat untuk Makassar dan masa depan bangsa.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved