Mikroplastik merupakan partikel plastik atau serat yang berukuran kurang dari 5 milimeter yang dapat mencemari lingkungan. Ada dua jenis mikroplastik, yaitu primer dan sekunder. Mikroplastik primer adalah manik-manik polietilena yang ditemukan di banyak produk kecantikan dan dikenal secara luas sebagai kantong plastik. Mikroplastik bisa terkandung dalam makanan dan air yang dikonsumsi setiap hari, dan ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Paparan mikroplastik yang tinggi bisa mengakibatkan gangguan metabolisme, gangguan hormon, pertumbuhan sel kanker, reaksi alergi, sampai pada kerusakan sel dalam tubuh manusia.
Fenomena inilah yang menjadikan Rika Tundan Iriani, seorang mahasiswi Jurusan Akuakultur di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong, berniat meneliti mikroplastik dalam ikan. Rika yang merupakan salah satu peserta Ilmuwan Muda Papua (IMP) 2022 di Manokwari, Papua Barat, mengungkapkan bahwa pada awalnya dia bingung mau meneliti apa. Dia hanya berharap bisa melakukan penelitian yang bermanfaat bagi banyak orang.
Baca juga: Ilmuwan Muda Papua Dukung Inisiatif Mahkota Permata Tanah Papua
Setelah mendiskusikan gagasan mikroplastik dengan dosennya, Rika mulai melakukan studi meja untuk mencari data dan informasi tentang mikroplastik dalam ikan. Rika menemukan banyak data dan fenomena yang terjadi di beberapa wilayah yang membuat isu mikroplastik ini dianggap menjadi isu global dan segera harus ditangani.
Kemudian Rika mencoba melakukan survei lokasi di sekitar tempat tinggalnya, Kota Sorong. Ia memilih Pantai Remus sebagai lokasi penelitiannya. Pantai tersebut sangat kotor dan penuh dengan sampah. Namun menurut Rika, masih banyak nelayan yang mencari ikan di sekitar daerah ini. Rika kemudian memutuskan untuk meneliti mikroplastik yang dicurigai juga berada di sepanjang Pantai Sorong.
Rika bercerita bahwa penelitiannya nanti akan dilakukan selama satu bulan. Dia akan mengambil 15 ekor sampel ikan. Ikan tersebut diambil dari 3 titik yang berbeda, sehingga hasil penelitiannya nanti bisa mewakili wilayah dan validitas penelitian. Sampel itu kemudian akan dibedah menggunakan beberapa perlengkapan dan peralatan pendukung di laboratorium Akuakultur UNIMUDA Sorong. “Saya perlu pendampingan dosen karena penelitian ini penting dan bisa memberikan dampak yang luas kepada masyarakat,” kata Rika.
Baca juga: Jaring Nusa Desak Penyelamatan Masyarakat Pesisir dan Pulau Kecil di Timur Indonesia
Niat Rika untuk meneliti mikroplastik dalam ikan ini kemudian didengar oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Sorong, Julian Kelly Kambu. Selama ini, Julian menjadi salah satu Kepala Dinas yang sangat serius saat membicarakan soal sampah plastik. “Saya sangat menunggu hasil penelitian ini dan siap menggelar forum diskusi terbuka yang melibatkan pemerintah kota, DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), dan pihak-pihak terkait,” kata Julian kepada Econusa.
Informasi ini semakin memompa semangat Rika untuk segera melakukan penelitiannya. Saat ini ia masih menunggu kiriman salah satu peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian di laboratorium. “Barang ini harus dikirim dari Jakarta atau Surabaya,” kata Rika.
Dalam presentasinya, Rika berharap agar keluarganya, saudaranya, dan teman-temannya tidak mengkonsumsi ikan yang mengandung mikroplastik. “Saya ingin semua orang mengkonsumsi ikan yang sehat,” kata Rika saat penutupan IMP.
Baca juga: Pembiayaan Ekonomi Biru, Sebuah Keniscayaan
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Papua Barat bersama Yayasan EcoNusa menyelenggarakan pelatihan intensif (bootcamp) Ilmuwan Muda Papua (IMP) selama tiga hari pada 1-3 September 2022 di Manokwari, Papua Barat. Pelatihan IMP ini diikuti oleh 25 mahasiswa/i perwakilan perguruan tinggi di Tanah Papua. Mereka terdiri dari 10 orang dari Universitas Cenderawasih, 8 dari Universitas Negeri Papua, 2 dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, 4 dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, dan 1 orang dari Universitas Victory Sorong. Selama bootcamp, para peneliti muda itu didampingi oleh 8 mentor yang berasal dari UNIMUDA Sorong, Universitas Victory Sorong, Universitas Cenderawasih, Universitas Papua, and Polbangtan Manokwari.
Editor: Leo Wahyudi