Indonesia memiliki bentangan hutan terluas ketiga di dunia. Lebih dari 50 persen wilayah daratan Indonesia terdiri dari tutupan hutan yang mendukung kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti halnya ibu, hutan menyediakan segala kebutuhan manusia. Sayangnya, keberadaan hutan-hutan Indonesia tak luput dari berbagai ancaman. Upaya perlindungan terhadap hutan pun telah diserukan sejak puluhan tahun lalu, baik oleh pemerintah, lembaga nirlaba, hingga masyarakat adat yang hidupnya sangat bergantung pada apa yang disediakan oleh hutan.
Dalam rangka melindungi hutan, Indonesia pun melakukan berbagai langkah. Sejak 2009, pemerintah Indonesia telah mengumumkan komitmen melawan krisis iklim dan penyelamatan hutan dengan menurunkan emisi 26% – 41% pada pertemuan G20 di Pittsburgh, seperti yang diungkapkan oleh Teguh Surya, Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan. Sedangkan strategi pemerintah dalam penyelamatan hutan, salah satunya dengan mengeluarkan moratorium untuk izin-izin baru di wilayah hutan lindung ataupun gambut.
Menyadari pentingnya keberadaan hutan yang sehat bagi kehidupan masyarakat Indonesia, tanggal 7 Agustus 2020 lalu digagas sebagai Hari Hutan Indonesia. Tanggal tersebut dipilih bukan tanpa alasan. Tepat setahun lalu, yakni 7 Agustus 2019, Presiden Jokowi menandatangani Inpres No. 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Primer dan Lahan Gambut. Selain itu, 7 Agustus tiga tahun lalu, petisi tentang penetapan Hari Hutan Indonesia di change.org diluncurkan dan mendapat dukungan dari 1,4 juta orang.
Menandai peringatan Hari Hutan Indonesia yang pertama ini, dirayakan dengan Festival Hari Hutan Indonesia dengan mengangkat tema #HutanKitaJuara. Acara ini diinisiasi oleh Hutan Itu Indonesia dan Conservation International, serta didukung oleh 141 kolaborator, termasuk Yayasan EcoNusa dan lebih dari 250 sukarelawan digital.
Hari Hutan Indonesia juga digagas untuk mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa di dalam kehidupan kita, ada hutan yang perlu dilindungi. Dan kita, manusia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hutan. Hari Hutan Indonesia juga merupakan momentum untuk mendedikasikan dan mensyukuri atas keberadaan hutan serta segala kekayaan di dalamnya.
Dalam acara virtual berdurasi 2 jam tersebut, dimeriahkan oleh pertunjukan musik, stand up comedy, live meditasi, hingga live talkshow oleh sederet musisi dan publik figur Indonesia seperti Pongki Barata, Ramon Y Tungka, Nadine Alexandra, Arif Brata, hingga Baby Borneo yang membawakan musik tradisional. Selain itu, bergabung juga para profesional pemeduli isu lingkungan hidup yang menyatakan dukungannya pada penetapan Hari Hutan Indonesia tanggal 7 Agustus 2020.
“Hutan Indonesia adalah sebuah keajaiban, karena banyak kekayaan dan kemewahan alam yang tersimpan. Sayang, kitanya sendiri yang dekat dengan hutan tropis itu tidak peduli dan malah melakukan pembiaran. Sudah waktunya kita peduli dan melindungi hutan tropis. Harapannya, perasaan orang tergerak dan merasa kasihan pada hutan kita. Semoga banyak perasaan tergerak dengan adanya kampanye ini,” tutur Pandji Pragiwaksono di awal acara.
Sedangkan Nadine Alexandra, dalam acara tersebut menyatakan bahwa julukan Zamrud Khatulistiwa bagi negara kita semestinya merupakan hal yang patut kita banggakan karena negara Indonesia merupakan rumah bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan yang endemik serta tidak dapat ditemukan di tempat lain.
“Hutan hujan kita harusnya sangat melekat dengan identitas kita sebagai orang Indonesia. We have a beautiful gift yg bisa kita bagikan dengan umat seluruh dunia,” ujarnya.
Sebagai bagian dari rangkaian Festival Hari Hutan Indonesia #HutanKitaJuara, diadakan pula aksi Adopsi Hutan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat dengan berdonasi melalui kitabisa.com atau website harihutan.id hingga bulan Oktober 2020. Donasi yang terkumpul akan disalurkan kepada organisasi masyarakat yang menjadi penjaga hutan di 10 lokasi di berbagai wilayah di Indonesia.
Aksi Adopsi Hutan diharapkan mampu memberi kontribusi nyata untuk menjaga hutan-hutan di Indonesia dan keanekaragaman hayati demi hutan yang sehat. Dengan demikian, manfaatnya dapat terus dirasakan oleh semua makhluk hidup hingga generasi mendatang. Sebab, nafas hutan adalah nafas kita.
Editor: Nina Nuraisyiah