Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Membangun Asa Baru dari Vanili di Sekolah Kampung Molof dan Warlef, Keerom

Bagikan Tulisan

EcoNusa bersama mitranya, PtPPMA (Perkumpulan Terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat Papua) memfasilitasi Sekolah Kampung di Kampung Molof dan Kampung Warlef di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua, dari 24-25 November 2022.

Kampung Molof berada di tengah hutan konsesi perusahaan kayu PT. Semarak Dharma Timber. Perlu waktu 6 jam perjalanan darat untuk sampai ke kampung ini dari Jayapura. Kampung Molof yang dihuni oleh 140 Kepala Keluarga ini terdiri dari banyak marga, yaitu Marga Yur, Piatawa, Yokar, Nanggoali, Plok, Mailon, Korme, Sirme, Weliatawa, Suktawa, dan Tiar. Yur, Yokar, dan Piatawa merupakan marga asli yang mendominasi Kampung Molof. 

Perwakilan Badan Musyawarah Kampung (Bamuskam) Philipus Naggoali, menyatakan kegembiraannya dengan kegiatan sekolah kampung ini. “Selama ini masyarakat mengeluhkan tidak pernah ada pelatihan budidaya dan perawatan dari penyuluh pertanian meskipun ada bantuan program pertanian dan perkebunan,” kata Philipus.

Masyarakat sudah lama menanam vanili sekitar 2-5 tahun. Namun tumbuhan itu dibiarkan merambat di pohon yang tinggi dan tak terawat. Pasalnya, warga tidak tahu cara penyerbukan bunga vanili. Selain itu, masyarakat juga tidak mengetahui harga vanili di pasar, sehingga mereka kurang antusias untuk membudidayakan vanili. Menurut warga, sampai sekarang belum ada masyarakat Kampung Molof yang menjual vanili.

Pengalaman yang sama pun dialami oleh warga Kampung Warlef di Distrik Senggi, Keerom. Mereka bahkan sudah mengenal tanaman vanili tujuh tahun silam. Herman, salah satu warga, mengatakan bahwa pada awalnya warga tertarik dan membuat kelompok tani vanili. Mereka bahkan mendapatkan bantuan bibit vanili dan sarana produksinya dari pemerintah. Namun mereka tidak mendapatkan pelatihan tentang budidaya vanili. “Masyarakat lalu menelantarkan tanaman vanili, karena mereka beranggapan tanaman vanili sulit untuk dibudidayakan,” kata Herman. 

“Karena itu, Sekolah Kampung ini sangat mereka perlukan untuk mengajarkan cara melakukan penyerbukan bunga vanili,” kata Philipus.

Yustus, fasilitator dari PtPPMA, memberikan pelatihan sistem budidaya vanili yang mencakup perencanaan usaha budidaya vanili, perawatan , pembersihan gulma, pengaturan cahaya, penyerbukan, dan pemanenan. Seperti halnya di Kampung Molof, Yustus juga mengajak para petani untuk melakukan praktik langsung di kebun milik Herman. 

Tete Yonathan, warga Warlef, mengakui ia sudah menanam vanili selama 5 tahun. Namun Tete tidak pernah memanen vanili karena ketidaktahuannya. Pohon vanili di kebunnya dibiarkan merambat liar. Bahkan nyaris dibabat karena tidak pernah menghasilkan buah. 

“Inilah yang saya tunggu, karena saya ingin vanili bisa menghasilkan buah yang baik dan bisa dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup,” kata Tete. Ia kini berencana untuk melakukan pemangkasan dan merawat pohon vanili yang dimilikinya. Apalagi fasilitator juga menginformasikan harga vanili dan lokasi pabrik vanili di Sentani. 

Vanili (vanilla planifolia) termasuk tanaman berdaging tebal yang menghasilkan buah polong yang diolah menjadi bubuk vanili. Vanili menjadi bahan baku industri kuliner, kosmetik, parfum, herbal, dan minyak esensial. Vanili disebut sebagai emas hijau karena berpotensi menopang ekspor Indonesia yang menurut Kementerian Perdagangan Indonesia berpotensi menjadi pengekspor vanili terbesar di dunia. 

Vanili dapat tumbuh di daerah setinggi 200-1.500 meter di atas permukaan laut namun yang ideal pertumbuhannya berada di ketinggian 200-600 mdpl. Harga vanili pada 2022 diprediksi melejit. Vanili kering batangan harganya bisa menyentuh Rp 5,2 juta per kilogram, sedangkan vanili basah Rp 600 ribu per kilogram. 

Pelatihan dari EcoNusa memberikan harapan yang baik bagi Tete Yonathan, Herman, dan warga di kedua kampung. Mereka mengaku bersemangat kembali untuk membudidayakan vanili agar bisa memperoleh pendapatan dari vanili. 

Sekolah Kampung diikuti oleh 21 peserta dari Kampung Molof dan 20 peserta dari Kampung Warlef. Sekolah Kampung ini berlangsung pada 24-25 November, karena kedua kampung ini sudah memiliki pengetahuan dasar budidaya vanili. Sekolah Kampung akan dilanjutkan di beberapa kampung lainnya di Distrik Mannem, Arso, dan Arso Timur, di Kabupaten Keerom.  

Sekolah Kampung merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari Workshop Kepala Kampung (WKK) dan Sekolah Transformasi Sosial (STS) yang telah dilaksanakan di Kampung Wambes, Distrik Mannem, Kabupaten Keerom, pada Oktober 2022. Peserta berasal dari 12 kampung yang tersebar di 4 Distrik di Kabupaten Keerom dan 3 kampung dari Kabupaten Jayapura.

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved