Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Kampung Marandan Weser: Menghidupkan Kembali Tradisi dan Harmoni Alam di Tengah Modernisasi

Bagikan Tulisan

Di sudut terpencil Raja Ampat, di tengah keindahan alam yang belum terjamah, terdapat sebuah kampung yang menyimpan kekayaan budaya dan tradisi yang unik. Kampung Marandan Weser, terletak di Yensawai, Distrik Batanta Utara, Raja Ampat, menjadi saksi bagaimana masyarakat masih mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan hidup modern dan pelestarian tradisi leluhur.

Rumah-rumah di Kampung Marandan Weser dibangun dengan cara yang begitu unik dan sarat akan nilai-nilai kearifan lokal. Tidak seperti kebanyakan rumah modern yang menggunakan bahan-bahan industri seperti paku, besi, atau beton, rumah-rumah di sini sepenuhnya dibangun dari bahan-bahan alami. Kayu mangrove, daun sagu, daun bobo, dan kulit pohon menjadi bahan utama dalam konstruksi rumah-rumah ini. Mungkin terdengar mustahil di telinga kita yang telah terbiasa dengan pembangunan modern, tetapi di Marandan Weser, ini tradisi yang terus dirawat sejak lama. 

“Sejak dulu memang sudah seperti ini, kami hanya menjalankan apa yang diturunkan oleh orang tua sejak zaman dahulu,” kata Herman Pariri, salah satu warga Marandan Weser. 

Rumah-rumah tradisional di Marandan Weser memiliki ukuran yang seragam, yaitu 9×7 meter untuk bangunan utama dan 4×5 meter untuk dapur. Ukuran yang seragam ini bukanlah sekadar kebetulan. Di balik keseragaman ini tersimpan filosofi yang dalam: semua warga memiliki hak yang sama dan setara dalam komunitas mereka. Tidak ada rumah yang lebih besar atau lebih kecil; semua dirancang untuk mencerminkan prinsip kesetaraan yang dianut oleh masyarakat adat di kampung ini.

Gotong royong adalah esensi dari pembangunan rumah di Kampung Marandan Weser. Setiap warga kampung terlibat dalam proses pembangunan, mulai dari laki-laki yang menyiapkan kayu hingga mama-mama yang menyulam atap dari daun sagu. Proses ini tidak hanya menghasilkan rumah yang kokoh dan fungsional, tetapi juga mempererat ikatan sosial dan memperkuat rasa kebersamaan di antara warga. Gotong royong ini mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas yang menjadi pondasi utama kehidupan masyarakat adat di Marandan Weser.

Di tengah arus modernisasi yang kian deras, Kampung Marandan Weser berhasil mempertahankan tradisi mereka. Ini bukanlah perkara mudah, mengingat berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adat di era globalisasi ini. Namun, masyarakat Marandan Weser menyadari bahwa menjaga tradisi bukan hanya soal mempertahankan warisan budaya, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan alam. Dengan menggunakan bahan-bahan alami dan menghindari bahan-bahan industri yang merusak lingkungan, mereka berkontribusi langsung terhadap pelestarian ekosistem yang ada di sekitar mereka.

“Rumah-rumah tradisional ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol identitas dan keberlanjutan. Kami menjaga alam karena alam juga menjaga kami,” ujar Herman.

Kampung Marandan Weser bukan hanya tentang rumah tradisional, tetapi juga tentang filosofi hidup yang mengajarkan keseimbangan antara manusia dan alam. Bagi masyarakat di sini, alam bukanlah sesuatu yang bisa dieksploitasi tanpa batas, melainkan sesuatu yang harus dijaga dan dihormati. Mereka percaya bahwa menjaga alam adalah tanggung jawab bersama, dan hal ini tercermin dalam cara mereka membangun dan merawat rumah-rumah mereka.

Dalam beberapa tahun terakhir, Kampung Marandan Weser mulai menarik perhatian wisatawan yang tertarik pada kearifan lokal dan pelestarian budaya.

Salah seorang mama-mama di Marandan Weser mengatakan, “Kami percaya bahwa setiap kayu yang digunakan, setiap daun yang disulam, memiliki makna dan cerita. Rumah kami bukan sekadar tempat tinggal, tetapi cerminan dari siapa kami dan bagaimana kami menghargai alam yang memberi kami hidup.”

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved