EcoStory

Jurnalisme Data Gaungkan Ancaman Kelautan dan Perikanan Indonesia

Bagikan Tulisan

Sebagian besar wilayah Indonesia yakni lebih dari 70% wilayah Indonesia atau seluas 5,8 juta km persegi merupakan wilayah lautan. Panjang garis pantainya sekitar 95.000 km persegi atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sebanyak 80% kabupaten dan kota di Indonesia pun memiliki wilayah pesisir, yang artinya laut menjadi sumber penopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Dengan wilayah laut di Indonesia yang luar biasa luasnya, potensi serta keanekaragaman hayati kelautan dan perikanan di Indonesia pun menjadi sangat tinggi. Sekitar 72% jenis terumbu karang di dunia ada di Indonesia. Wilayah Raja Ampat dan sekitarnya menjadi pusat dari segitiga karang dunia. Perairan Indonesia juga memiliki jenis ikan karang paling tinggi dan menjadi penghasil tuna terbesar di dunia pada 2019. Sayangnya, laut Indonesia hingga kini terus menghadapi berbagai macam persoalan yang tak hanya mengancam kelestarian laut itu sendiri, melainkan juga mengancam penghidupan masyarakat terutama di wilayah pesisir yang bergantung pada sektor kelautan dan perikanan.

“Laut kita salah satu penghasil tuna terbesar di dunia. Ini yang akan terus diambil. Nelayan kita yang cari ikan tuna ini pakai kapal-kapal di bawah 5 GT atau long boat. Kalau nanti kapal eks asing diperbolehkan lagi beroperasi, artinya nelayan-nelayan kecil ini akan bersaing dengan mereka yang memiliki kapal-kapal besar. Tentu itu tidak fair. Ini yang harus kita gaungkan agar jangan sampai hasil laut kita dinikmati oleh sekelompok orang saja, pemodal besar bahkan asing, dan nelayan kecil kita hanya mendapatkan tidak seberapa dari situ,” ungkap Bustar Maitar, CEO EcoNusa dalam talkshow Journalist Fellowsea: Membedah Laut Indonesia yang diselenggarakan sebagai puncak kegiatan Journalist Fellowsea, hasil kolaborasi EcoNusa dan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) tepat pada Hari Laut Sedunia, 8 Juni 2021.

Baca juga: Menjaga Karbon Biru Indonesia

Laut Indonesia juga penyedia oksigen terbesar yang mendukung kehidupan dan pengendali iklim dunia. Namun, perubahan iklim akibat kerusakan lingkungan hidup semakin hari membuat suhu laut semakin naik, menimbulkan siklon serta mengakibatkan fenomena coral bleaching atau pemutihan karang yang terus saja terjadi. “Jika terus dibiarkan dan tidak mendapatkan perhatian khusus dalam jangka panjang, kondisi ini dapat membunuh area-area pemijahan ikan di laut. Kondisi laut di Indonesia ini menjadi persoalan global sehingga harus terkoneksi dengan isu global terkait dengan pengendalian perubahan iklim,” tandasnya.

Dalam talkshow tersebut, Suhana, Pakar Ekonomi Kelautan, juga mengatakan saat ini lautan Indonesia sedang berada di bawah ancaman dengan tekanan lingkungan yang akan terus berdampak pada pilar pembangunan di tingkat lokal hingga global. “Laut ini sudah mengalami ancaman. Laut kita ini seperti raksasa yang sedang tidur. Ternyata semakin lama tidurnya, akhirnya sakit. Lagi tidur, sumber dayanya terus dikuras, apalagi ditambah perubahan iklim. Akhirnya ketika dia bangun sekarang semakin terancam, baik dari segi kerusakan ekosistem laut, seperti terumbu karang maupun ancaman dari illegal fishing” ujar Suhana.

Ia menambahkan, persoalan kelautan harus menjadi perhatian utama lokal, nasional hingga global sehingga memerlukan instrumen kebijakan, manajemen, dan tata kelola laut secara berkelanjutan, serta membutuhkan data yang mumpuni. Laporan kondisi kelautan dengan data yang valid menjadi penting untuk menentukan langkah berikutnya dalam mengelola laut secara berkelanjutan.

Baca juga: Lumbung Ikan Maluku Perlu Pengelolaan Ketat

Journalist Fellowsea yang mengusung tema Menjaga Laut dengan Jurnalisme Data menjadi upaya EcoNusa untuk menggaungkan berbagai isu ancaman kelautan dan perikanan Indonesia serta mendorong pengelolaan laut dan sumber daya perikanan yang berkelanjutan. Kegiatan ini mengajak para jurnalis untuk mengirimkan karya peliputan berkaitan dengan isu-isu kelautan Indonesia dengan menyajikan data-data akurat. EcoNusa dan SIEJ sebagai penyelenggara kegiatan ingin mendorong agar para jurnalis mengedepankan laporan atau story jurnalistik berbasis data. Bukan hanya berpegang pada statement pemegang kebijakan saja dalam penulisan isu-isu kelautan. Selain itu, badan dan lembaga didorong untuk terbuka dan memberikan data agar dapat diakses masyarakat luas.

Dengan demikian, informasi tentang isu kelautan dan perikanan yang disajikan memuat bukti-bukti akurat sehingga akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap isu yang diusung. Diharapkan masyarakat Indonesia makin peka dan teredukasi terhadap isu-isu kelautan dan perikanan melalui informasi dan berita yang dapat dipertanggungjawabkan. Dari 100 lebih karya yang diterima panitia, ada 15 peserta terpilih mendapatkan mentorship dan dukungan. Selanjutnya akan segera dipilih 3 karya peliputan tentang isu kelautan terbaik.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved