Home » Expedition » Maluku Expedition: Covid Response and Forests Livelihood
Kampung Deer terletak di Pulau Kofiau. Meski termasuk dalam Kabupaten Raja Ampat, Kofiau jauh dari gemerlap pariwisata. Salah satunya karena lokasinya yang jauh dari objek wisata Raja Ampat lainnya. EcoNusa datang ke kampung Deer untuk memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, serta mendokumentasikan aktivitas masyarakat, termasuk kegiatan masyarakat dalam memproduksi sagu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
EcoNusa khusus datang ke Gane Dalam guna memberikan dukungan kepada warga yang berjuang mempertahankan sisa lahan mereka agar tak diambil alih lagi oleh perusahaan perkebunan sawit. Selama bertahun-tahun, Warga Gane didampingi lembaga Wahana Lingkungan Hidup berjuang atas tanah mereka. Kami juga memberikan edukasi pencegahan Covid-19 dan melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, membagikan masker, dan memberikan dukungan kepada warga berupa bibit alat pertanian.
Baca juga: Mempertahankan Harapan yang Tersisa di Gane Dalam
Ada makam leluhur yang dikeramatkan oleh sebagian warga kepulauan Maluku Utara di Pulau Sali. EcoNusa mendokumentasikan kegiatan masyarakat di pulau tersebut, serta memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, dan membagikan masker. Warga harus menempuh perjalanan satu jam menggunakan speed boat atau 3 jam dengan perahu ketinting untuk mencapai rumah sakit terdekat. EcoNusa juga memberikan dukungan kepada warga berupa bibit dan alat pertanian.
Baca juga: Catatan Perjalanan: Membangkitkan Kembali Kemandirian Pulau Bacan
Perkumpulan PakaTiva dengan dukungan EcoNusa mendampingi warga di Samo yang tengah kembali menanam padi ladang sejak pertengahan 2019, yang telah tiga dekade mereka tinggalkan. Ini adalah cara agar masyarakat bisa membangun kemandirian pangan dan tetap menjaga hutan. Warga Samo sudah bisa memanen sekitar 2,5 ton padi yang mereka tanam sendiri di awal tahun lalu. Ketika akses ke kota dibatasi karena pandemi melanda, mereka tidak khawatir karena ada stok makanan yang mencukupi. Mereka juga diajari menanam sayuran organik. EcoNusa juga memberikan edukasi tentang Covid-19, membagikan masker, dan melakukan pemeriksaan kesehatan; serta memberikan dukungan berupa bibit dan alat pertanian.
Baca juga: Catatan Perjalanan: Ketahanan Pangan Warga Saat Pandemi
Posi Posi bertetangga dengan Gumira. Warga di kampung ini mulai didampingi oleh PakaTiva dan EcoNusa sejak awal 2020. Warga Posi Posi belajar bersama warga Samo untuk kembali menanam padi ladang. EcoNusa datang untuk memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, memberikan masker, serta bibit dan alat pertanian dengan tujuan mendukung upaya mereka membangun kemandirian pangan.
Baca juga: EcoNusa Ajak Masyarakat Lestarikan Soki dan Posi-posi
Warga Desa Gumira tertarik belajar menanam padi ladang setelah melihat keberhasilan warga Samo. Mereka mendapat pendampingan dari PakaTiva dan EcoNusa sejak awal 2020. EcoNusa datang untuk memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, membagikan masker, serta memberikan dukungan berupa bibit dan alat pertanian untuk mendukung upaya mereka membangun kemandirian pangan.
Baca juga: Mengembalikan Kemandirian Pangan Masyarakat di Pesisir Halmahera
Warga Pasir Putih mandiri secara pangan. Mereka mengolah singkong menjadi berbagai jenis makanan yang mereka konsumsi sehari-hari dan dijual ke daerah lain. Desa ini mendapat pendampingan dari PakaTiva untuk diajari bertanam sayuran organik dengan dukungan EcoNusa. Dalam Ekspedisi ini, EcoNusa datang untuk memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, memberikan masker, serta bibit dan alat pertanian.
Suma merupakan penghasil kenari. Kacang tersebut dijual oleh warga dalam bentuk mentah maupun dibuat panganan olahan. Semua masih dilakukan dengan cara tradisional, termasuk warga memecah buah kenari yang akan mereka olah dengan batu. EcoNusa mendokumentasikan kebun mereka dan proses pengolahan kenari yang dilakukan masyarakat. Juga memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, memberikan masker, serta bibit dan alat pertanian.
Tim Ekspedisi disambut oleh Jou Jau (Perdana Menteri) Amin Faaroek dan para menteri lain di Dermaga Sultan di Pusat Kota Sao Sio. Perangkat Istana Kesultanan Tidore menerima CEO EcoNusa, Bustar Maitar, dengan tradisi joko hale atau injak tanah sebagai bentuk penyambutan untuk tamu yang baru pertama kali memijakkan kaki di Tidore. Di dalam Istana Kesultanan, Jou Jau mengumumkan bahwa Bustar dan isterinya, Rani Bustar, dicatat sebagai masyarakat wilayah Kesultanan Tidore. Istana menyambut baik kegiatan ekspedisi yang dilakukan oleh EcoNusa.
Kalaodi merupakan salah satu penghasil cengkih terbaik di Maluku Utara. Wilayah mereka masuk dalam Hutan Lindung Tagafura. Warga Kalaodi hidup harmonis dengan alam, mereka menjaga tradisi yang dilakukan secara turun-temurun untuk menjaga bumi yang mereka diami. Ini yang menjadikan Kalaodi sebagai kampung ekologi Tidore. EcoNusa mendokumentasikan aktivitas masyarakat memanen cengkih, memberikan edukasi pencegahan Covid-19, melakukan pemeriksaan kesehatan gratis, membagikan masker, serta dukungan berupa bibit dan alat pertanian.
The following are the Team who joined the expedition:
CEO EcoNusa
Team Leader (Public and Youth Mobilizations Officer)
Coordinator of SEI Program and Liaison Officer of Molucca Region
Dokter
Alumnus School of Eco Diplomacy (SED) EcoNusa 2019
Fotografer
Videografer
Direktur Perkumpulan PakaTiva
Co-founder dan Anggota Perkumpulan PakaTiva