Generasi muda yang berwawasan lingkungan memiliki peran penting dalam mengendalikan krisis iklim. Terlebih, anak-anak muda dan generasi berikutnyalah yang akan merasakan dampak perubahan iklim sekaligus menjadi pemimpin masa depan.
“Pemuda adalah garda terdepan dalam menjaga lingkungan. Karena nanti, anak-anak muda inilah yang akan menjadi pemimpin, entah menjadi menteri, presiden, ketua DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), gubernur, atau bupati,” kata Direktur Communication and Youth Mobilization EcoNusa Foundation, Nina Nuraisyiah, saat membuka kegiatan Kemah Pemuda Manokwari 2023 di Pulau Lemon, Kamis, 30 Maret 2023.
Sebanyak 23 anak muda yang berdomisili di Manokwari, Papua Barat, bergabung dalam Kemah Pemuda yang berlangsung pada 30 Maret-2 April 2023 tersebut. Kegiatan ini diselenggarakan oleh komunitas EcoDefender Manokwari berkolaborasi bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Manokwari, Violaceoflavens, dan Smilax Gank, dengan dukungan Yayasan EcoNusa.
Baca Juga: Sasi di Pulau Lemon, Inisiatif Anak Muda untuk Menjaga Laut
Selama kegiatan, para peserta belajar dan berdiskusi tentang krisis ekologi, etika lingkungan, pengorganisasian masyarakat, dan kampanye digital lewat media sosial. Mereka juga diajak untuk menyadari peran anak muda dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan, membersihkan pantai, menanam pohon, dan menanam terumbu karang.
Dalam sambutan yang dibacakan oleh Staf Ahli Bidang Hukum dan Politik, Maria Magdalena Rumere, Bupati Manokwari Hermus Indou mengatakan menyambut baik kegiatan tersebut. Menurutnya, Kemah Pemuda akan menciptakan kader baru yang peduli dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati, khususnya di Manokwari. Diharapkan aktivitas ini akan memberikan dampak besar bagi kemajuan pemuda di Papua Barat. “Saya juga berharap bahwa kegiatan ini dapat melahirkan jiwa-jiwa pecinta lingkungan di Manokwari,” ujarnya.
Yohanes Lebang dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Manokwari mengatakan ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengendalikan krisis iklim. Bahkan beberapa di antaranya bisa menghasilkan keuntungan. Misalnya dengan mengolah kembali limbah sampah plastik atau dengan membudidayakan maggot untuk mengatasi permasalahan sampah organik. Maggotnya bisa dijual sebagai pakan ternak. “Kita harus bicara dari sisi ekonominya pula. Ini yang dinamakan ekonomi sirkular,” tuturnya.
Baca Juga: Pemuda Muara Gembong Suarakan Keresahan di Ruang Digital
Untuk menggerakkan perubahan tersebut, kata Direktur Bentara Yanuarius Anouw, perlu ada pengorganisasian masyarakat. Perorganisasian ini tidak hanya bisa dilakukan oleh anak-anak muda di kota, tapi juga yang berdomisili di kampung. “Bagaimana mengajak mereka sama-sama supaya punya pikiran yang sama seperti kita, pemahaman yang baik. Supaya mereka bisa melawan sendiri kebiasaan-kebiasaan yang merugikan mereka,” katanya.
Perubahan juga bisa dimulai dari media sosial. Terlebih di era digital sekarang ini sebagian besar orang menggunakan media sosial dengan bebas. “Kita bisa memanfaatkan media sosial untuk kampanye. BIsa dimulai dengan memposting keresahan yang kita rasakan,” ujar Andi. Ia menambahkan, karena orang datang ke media sosial untuk bersantai, maka jangan lupa untuk menyisipkan hiburan dalam postingan.
Kegiatan kemah pemuda bertujuan mengajak pemuda Manokwari peka terhadap isu lingkungan, melatih anak muda untuk mampu menganalisa masalah, dan membangun jejaring sesama pemuda di wilayah Manokwari demi upaya perlindungan hutan dan laut.
Baca Juga: Aksi Muda Jaga Iklim, Aksi Bersama Orang Muda untuk Kurangi Dampak Krisis Iklim
Jeanny Mansawan, salah satu peserta Kemah Pemuda mengatakan, untuk melakukan perubahan lingkungan, ia perlu bergabung dalam sebuah komunitas lokal agar bisa bergerak dan saling menyemangati bersama. Sebelumnya, ia sudah mengikuti pelatihan pemuda di tingkat nasional. “Sa (saya) butuh teman di sini, supaya bisa saling membantu” ujarnya. Usai mengikuti kegiatan ini, para peserta resmi bergabung dengan komunitas EcoDefender.
Pada hari ketiga, para pemuda membuat rencana aksi tindakan yang akan mereka lakukan beberapa bulan ke depan. Mereka membentuk tiga kelompok dan masing-masing kelompok mempresentasikan rencana mereka. Ada yang berencana berkampanye di lingkungan kampus dengan mengajak teman-temannya nonton bareng film tentang lingkungan, ada yang akan membuat eco-enzym sebagai salah satu solusi masalah sampah organik. Kelompok lainnya berfokus pada masalah sampah plastik.
“Kegiatan ini membuat saya sadar tentang potensi alam yang bisa dimanfaatkan di sekitar kita, saya juga jadi banyak belajar. Apalagi kakak-kakak panitia membuat kami semua aktif, saya yang tadinya malu-malu jadi bisa menyampaikan semua pendapat saya,” kata Fika Carnela Ayomi, peserta Kemah Pemuda Manokwari 2023.