Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Catatan Perjalanan: Langkah Kecil Pemuda Menjaga Lingkungan

Bagikan Tulisan
Peserta Kemah Pemuda Sorong di Learning Center Mibi, Sorong. (Yayasan EcoNusa)

Bumi yang sedang tidak baik-baik saja ini menantikan kesadaran seluruh manusia untuk mau bergerak. Masalah lingkungan yang ada bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan semua makhluk yang ada di dalamnya, terutama manusia yang dianggap menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan. Jika bumi semakin rusak, maka tempat tinggal, tempat hidup, dan kehidupan kita ini akan terancam. Bencana-bencana ekologis sudah benar-benar terjadi. 

Menyadari kondisi tersebut, beberapa waktu lalu saya mengikuti kegiatan Kemah Pemuda EcoDefender yang diadakan EcoNusa di Mibi Learning Center, Distrik Makbon, Papua Barat pada Jumat hingga Senin, 10-13 Juni 2022. Kebetulan saya menjadi bagian dari pemuda yang mempunyai semangat untuk turut melakukan aksi nyata demi menjaga bumi dan lingkungan. Perjalanan lebih dari 6 jam dari Teminabuan, Sorong Selatan, sampai di Mibi, Sorong, tak menyurutkan niat saya. 

Baca Juga: Mahasiswa Podomoro Lawan Sampah Plastik di Teluk Naga

Dalam kemah pemuda tersebut, saya menjadi bagian dari 17 peserta yang berasal dari Kota Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Sorong. Dipandu oleh beberapa fasilitator, kami para EcoDefender belajar dan berdiskusi banyak hal tentang lingkungan. Mulai dari identifikasi masalah lingkungan, penyebab kerusakan, diplomasi ekologi lewat belajar komunikasi dan jurnalistik, hingga membuat konten yang bersifat persuasif berupa foto, video atau tulisan. Kami juga diberi materi tentang  pemetaan pemangku kepentingan. 

Diskusi berjalan santai namun serius dan kami semua berperan dalam seluruh Seluruh rangkaian pembelajaran, mulai dari diskusi kelompok, pemaparan hasil diskusi dan praktif, membuat kami makin antusias. Para peserta terlibat aktif dalam seluruh proses pembelajaran. 

Baca Juga: Kolaborasi EcoNusa dan Pramuka untuk Lingkungan Berkelanjutan

Dari seluruh rangkaian kegiatan, praktik pembuatan konten adalah salah satu momen yang paling menarik. Dalam 3 kelompok, para peserta berkeliling di sekitar areal kemah dan perumahan penduduk untuk mengambil foto dan video. Kelompok mencoba merekam kehidupan manusia dan alam dengan merekam Melkianus, peserta dari Mibi, yang sedang menaiki perahu di pantai Mibi. Ia melakukan adegan yang dilakukannya sehari-hari sebagai penangkap ikan. Peserta lain di kelompok saya, Jerliyanti, bahkan sampai menceburkan diri ke laut untuk merekam setiap adegan yang berlangsung. Kami melakukan dengan totalitas peran dan praktik sesuai ilmu yang kami peroleh. 

Pada malam terakhir, para peserta kemah pemuda menonton hasil-hasil konten yang telah diproduksi. Ternyata video yang disuguhkan tidak mengecewakan. Artinya, para peserta berhasil menerapkan apa yang telah dipelajari dari media audio visual bersama fasilitator. Para fasilitator pun memberikan masukan agar mereka dapat mengelola konten termasuk teknik penyuntingan dengan lebih baik. 

“Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini karena saya dapat pengalaman berharga yang belum pernah saya dapat sebelumnya. Saya juga harap materi yang sudah dibagikan tidak kita tinggal begitu saja, kita pakai dan kerjakan”, ucap Melkianus di sela-sela diskusi.

Baca Juga: Kampanye Lingkungan Kaum Muda di Dunia Digital

Saya bertemu dengan banyak pemuda dengan latar belakang berbeda namun memiliki tujuan yang sama untuk ikut ambil bagian dalam upaya penyelamatan lingkungan. Menurut saya, para pemuda seperti Tesalonika Saru, Yosua Kemesrar, Kristina Antaribaba, dan serta pemuda adat asli Papua merupakan Ecodefender sejati. Merekalah yang sehari-hari telah menjaga tanah adat, wilayah adat. Mereka berjuang menjaga tanah Papua dari para perusak lingkungan yang hadir dengan topeng HGU, Izin Usaha, Hutan Lindung, dan cara-cara manipulatif lainnya.

“Kemah pemuda diharapkan bisa mengahasilkan anak muda yang peka terhadap isu-isu lingkungan, mampu menganalisa situasi, dan mampu mengomunikasikan kepada banyak orang untuk bergerak bersama melindungi hutan dan laut,” kata Nugie L Kristian, Youth Mobilization Coordinator EcoNusa.

Patut kita renungkan bersama agar kita bisa melakukan aksi nyata. Kalau bukan kita, lalu siapa? Kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi?

Bintang Kasih S., Alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan Lingkungan, Universitas Sumatera Utara (USU), Anggota Ecodefender Sorong Selatan, Pemenang Youth Digital Campaigner EcoNusa

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved