EcoNusa berfokus mendukung perlindungan hutan, pesisir, dan laut yang sejalan dengan upaya, aturan, dan kebijakan pemerintah baik pusat dan daerah yang mengedepankan masyarakat sebagai pemangku kepentingan utama dengan kearifan lokal yang ada. Ini menjadi solusi iklim yang penting untuk Indonesia dan dunia. Tidak hanya mengedepankan penyerapan dan pencegahan emisi, tetapi juga menjaga integritas ekosistem lingkungan yang lebih utuh. Upaya pelestarian hutan tersisa, pesisir, dan laut dengan pendekatan ekologi hulu-hilir sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai FOLU Net Sink 2030. Hutan, pesisir, dan laut adalah penopang kehidupan bumi dan penyeimbang iklim.
Kami berfokus di Kepulauan Maluku dan Tanah Papua. Ini adalah rumah bagi hampir 50% dari hutan Indonesia, 52% hutan bakau yang tersisa di Indonesia, dan lautan wilayah ini adalah rumah bagi hampir 50% stok ikan Indonesia. Hutan, pesisir, dan laut di Indonesia Timur adalah kawasan keanekaragaman hayati terkaya di Indonesia dan pusat segitiga karang dunia. Wilayah di Indonesia Timur menjadi rumah bagi masyarakat adat dengan lebih dari 500 bahasa yang berbeda. “Paradise” yang rentan terhadap perubahan iklim dan ancaman eksploitasi berlebih.
Kelestarian ekosistem mangrove juga menjadi fokus EcoNusa. Termasuk dalam mendorong pengelolaan mangrove yang terintegrasi serta pengelolaan bersama pada ekosistem pesisir dan pulau kecil. Di awal 2021, Pemerintah Provinsi Papua Barat telah mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Ekosistem Esensial Mangrove di Provinsi Papua Barat. Diharapkan dengan pemekaran provinsi baru Papua Barat Daya inisiatif ekosistem esensial mangrove tersebut juga tetap bisa diimplementasikan. Ini adalah langkah penting daerah yang mau mendorong pengelolaan yang lebih terintegrasi dan mengedepan kepentingan ekologi mangrove dan masyarakat. Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya yang berada di wilayah Kepala burung Tanah Papua merupakan rumah bagi paling tidak 450.000 hektare kawasan mangrove.
EcoNusa juga berfokus dalam upaya pelestarian hutan dan keanekaragaman hayati di wilayah Kepala Burung Tanah Papua, yang kami sebut dengan Mahkota Permata Tanah Papua. Ini adalah bentang alam seluas 6074.226 hektare, yang melintasi 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Sorong, Tambrauw, Arfak, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, serta Kaimana, dan melintasi dua provinsi yaitu Papua Barat dan Papua Barat Daya. Mahkota Permata Tanah Papua adalah tempat penting bagi burung cendrawasih dan berbagai keanekaragaman hayati penting lainnya, penopang ekosistem penting, dan salah satu pusat kebudayaan asli Papua di wilayah kepala burung. Upaya perlindungan dan pelestarian hutan, pesisir, laut serta keanekaragaman hayati juga terintegrasi di keseluruhan program EcoNusa, baik di Tanah Papua maupun Kepulauan Maluku.
Peta Inisiatif
Klik salah satu atau beberapa kategori di bawah (Our Offices and Field Station, EcoFund Distribution, Ocean Program Initiatives, Indigenous Community Mapping and Rights, dst) untuk memilih titik-titik peta tertentu.