Wilayah timur Indonesia masih memiliki hutan yang relatif utuh di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. Luas hutan di Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara sebesar 38.660.805,42 hektare atau 44% dari total luas tutupan hutan Indonesia. Sementara konsesi perkebunan di kawasan ini mencapai 1.728.365 hektar. Konsesi dan alih fungsi lahan menjadi ancaman terhadap komunitas yang berada di dalam dan sekitar hutan yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam. Mereka memiliki posisi tawar rendah dengan tingkat ketergantungan sumber daya dari luar yang tinggi ketika harus berhadapan dengan industri ekstraktif dan eksploitasi lingkungan.
Melihat potensi yang dimiliki dan ancaman yang ada, Yayasan EcoNusa melakukan berbagai upaya bersama untuk memperkuat resiliensi masyarakat lokal agar memiliki informasi yang cukup,serta pemahaman dan sumber daya yang memadai untuk mengambil keputusan sendiri tentang pembangunan di wilayahnya berdasarkan prinsip Persetujuan di Awal Tanpa Paksaan (Padiatapa). Kondisi semacam ini mendorong EcoNusa mengusung program School of Eco Involvement (SEI).
School of Eco Involvement (SEI) adalah program pendidikan kader pembangunan desa atau kampung dalam mewujudkan keadilan sosial dengan menumbuhkan kader pembangunan kampung yang tangguh dan peduli pada kampungnya. Dalam hal ini, EcoNusa bekerja sama dengan INSIST dalam pelaksanaan program SEI.
Misi program SEI ini adalah memasilitasi anak-anak muda di kampung dan para tetua kampung untuk mengenali potensi kampungnya sendiri dalam sektor pangan, energi dan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan demikian, mereka akan mampu mengembangkan potensi tersebut sebagai sumber daya lokal untuk membangun kemandirian kampung.
Ada empat kegiatan utama dalam School of Eco Involvement, yaitu :
1. Forum/Workshop untuk Kepala Kampung
Kegiatan ini berfungsi sebagai forum untuk membangun jembatan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan yang berbasis kampung. Pesertanya adalah para Kepala Kampung atau tokoh yang mewakili kampung.
2. Sekolah Transformasi Sosial (STS)
Sekolah ini merupakan kegiatan pendidikan kelas bagi kader penggerak pembangunan di kampung yang direkrut dari kampung dan akan bekerja untuk kampung itu sendiri.
3. Sekolah Kampung/Sekolah Lapang
Setelah mengikuti STS, peserta menyusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan diimplementasikan di kampung masing-masing selama 3 bulan. Dalam 3 bulan mereka akan didampingi sebuah tim untuk melakukan mentoring dan asistensi. Tema sekolah lapang disesuaikan dengan potensi lokal kampung. Misalnya, tema pertanian, peternakan, pemetaan, energi, dan sebagainya.
4. Sekolah Involvement
Kegiatan pendidikan ini merekrut peserta dari alumni peserta STS yang memiliki basis di kampung maupun kader kampung yang aktif mengurus Sekolah Kampung. Merekalah yang akan terlibat aktif mengembangkan kemandirian dan ketahanan masyarakat di kampungnya.
Kegiatan School of Eco Involvement dilakukan di 5 wilayah di Papua Barat, Papua Selatan, Papua Utara, Maluku dan Maluku Utara. Sebelum pendidikan dimulai, dilakukan scoping untuk melihat kondisi sosial desa, identifikasi peserta, lokasi penyelenggaraan, pemilihan tema dan penyiapan kurikulum. Pada 2019 Yayasan EcoNusa telah melaksanakan rangkaian kegiatan School of Eco Involvement di Papua Barat masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan dan perkebunan sawit.
Peserta yang telah mengikuti Pendidikan School of Eco Involvement diharapkan menjadi kader-kader tangguh dan mandiri, mampu mengambil keputusan atas sumber-sumber hidupnya dan menjadi penggerak untuk kampungnya.