Apa yang ada di pikiranmu kalau mendengar kata paus? Nah, selain dikenal sebagai mamalia terbesar di dunia, para ilmuwan juga mengatakan kalau keberadaan paus berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Lalu, yang enggak kalah menarik, ada pula penelitian yang mengungkap bahwa ternyata paus memegang peranan penting dalam melawan krisis iklim yang saat ini sedang terjadi. Lho, kok bisa ya? Memangnya sebenarnya paus memiliki kekuatan super apa? Daripada bingung, yuk langsung aja simak artikel ini untuk cari tahu!
Paus: Si raksasa laut penyerap karbon
Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global yang kemudian berlanjut pada krisis iklim adalah meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Agar dampaknya enggak bertambah parah, maka dibutuhkan usaha untuk menyerap emisi gas rumah kaca tersebut. Selama ini mungkin kita sering mendengar nasihat untuk terus menjaga kelestarian pohon karena pohon dapat menyerap karbon sebagai gas rumah kaca. Tapi, ternyata kemampuan paus dalam menyerap karbon jauh lebih besar daripada pohon, lho!
Dalam sebuah artikel berjudul Nature’s Solution to Climate Change: A Strategy to Protect Whales Can Limit Greenhouse Gases and Global Warming yang dipublikasikan oleh International Monetary Fund (IMF), disebutkan kalau paus berperan penting dalam menyerap jejak karbon dari atmosfer. Secara rata-rata, seekor paus diperkirakan dapat menangkap dan menyimpan emisi karbon dalam tubuhnya hingga 33 juta CO2 selama hidupnya. Sebagai perbandingan, sebatang pohon rata-rata menyerap 48 pon atau sekitar 22 kg emisi karbon per tahun. Ketika paus tersebut mati, maka semua karbon yang terserap dalam tubuhnya akan berpindah tempat ke lautan dalam dan dapat terus tersimpan di sana dalam jangka waktu yang lama.
Nggak cuma itu, semasa hidupnya, kotoran yang dihasilkan oleh paus pun mendatangkan manfaat. Kotoran paus ternyata kaya akan zat besi yang berguna untuk pertumbuhan fitoplankton. Tumbuhan yang hidup melayang di air ini memang berukuran sangat kecil, tapi jika disatukan dengan kawanannya, mereka mampu menangkap sekitar 40% dari semua karbon dioksida yang ada atau 4 kali lipat dari jumlah yang dapat diserap oleh hutan Amazon.
Masalahnya, ada banyak banget paus yang diburu dan dibunuh manusia…
Selama abad ke-20 saja dari tahun 1900 hingga 1999, para peneliti memperkirakan bahwa ada 2,9 juta paus yang tewas karena diburu manusia untuk tujuan komersial. Hal ini tercatat dalam penelitian ilmiah yang berjudul Emptying the Oceans: A Summary of Industrial Whaling Catches in the 20th Century. Nah, saat paus-paus ini diburu dan setelah tewas bangkainya tidak berada di laut, maka karbon-karbon yang telah diserap akan kembali terlepas ke atmosfer. Menurut Andrew Pershing, seorang ilmuwan bidang kelautan di University of Maine, diperkirakan bahwa selama abad ke-20, perburuan paus menambahkan sekitar 70 juta ton karbon dioksida ke atmosfer. Waduh, sayang banget ya!
Nah, dengan tahu kalau paus berperan besar dalam usaha menangkal pemanasan global, semoga semakin banyak lagi ya orang-orang yang sadar pentingnya melindungi paus dan hewan-hewan laut lainnya. Perburuan yang dilakukan secara massal dan terus menerus hanya akan menyebabkan keseimbangan ekosistem terganggu dan menambah masalah baru lagi.
Sebaliknya, yang perlu kita lakukan saat ini adalah menjaga kelestarian laut dan spesies-spesies yang hidup di dalamnya agar potensi mereka untuk membantu mengatasi pemanasan global bisa dapat dimanfaatkan dengan baik. Ngomongin soal isu perlindungan laut di Indonesia emang penting dan seru untuk dilakukan. Kalau kamu mau tau lebih lanjut tentang berbagai isu laut lainnya langsung dari para ahlinya, langsung aja tonton talkshow program Sail to Campus di YouTube channel EcoNusa!