Ketika ada pembahasan tentang isu krisis iklim, Paris Agreement atau Perjanjian Paris sering disebut-sebut. Secara singkat, perjanjian ini merupakan perjanjian internasional yang dibuat dalam upaya mengatasi krisis iklim yang sedang terjadi. Kali ini, yuk cari tahu lebih banyak tentang isi Perjanjian Paris!
Perjanjian Paris itu apa sih?
Pada 30 November – 12 Desember 2015, diadakan pertemuan United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Paris. Kemudian, akhirnya sebanyak 196 negara yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut bernegosiasi dan melahirkan Paris Agreement atau Perjanjian Paris. Perjanjian ini pun bersifat mengikat bagi seluruh negara anggota PBB untuk secara bersama-sama melakukan upaya maksimal dalam mencegah perubahan iklim.
Salah satu poin utama dari isi perjanjian ini adalah untuk memperlambat laju pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius, atau paling ideal 1,5 derajat Celcius. Hal ini karena pada saat ini suhu bumi terus memanas. Banyak orang mengira bahwa angka kenaikannya terlihat sangat kecil, seperti hanya 1 derajat celcius dan menjadi berpikir bahwa tidak akan ada efek yang terjadi.
Tapi, para ilmuwan terus menegaskan bahwa kenaikan sekitar 1 derajat saja dapat membawa dampak serius. Misalnya adalah dapat menyebabkan mencairnya es di Kutub, naiknya permukaan laut yang dapat menyebabkan bencana banjir di pesisir, munculnya gelombang panas, hingga hilangnya berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Semua masalah ini tidak lagi bersifat futuristik, tapi sudah benar-benar terjadi saat ini!
Hayo, coba siapa yang semakin sering mengeluh kalau cuaca jadi bertambah panas, cuaca menjadi semakin nggak bisa diprediksi, hingga semakin banyak bencana alam yang terjadi di mana-mana? Nah, ini semua adalah tanda-tanda kalau kenaikan suhu bumi dan perubahan iklim merupakan sesuatu yang nyata!
Makanya, dalam Perjanjian Paris juga disebut sejumlah poin penting lainnya. Misalnya adalah pernyataan bahwa seluruh negara di dunia harus mengurangi tingkat emisi gas rumah kaca dan aktivitas serupa untuk mencapai target emisi net zero (nol bersih). Lalu, tiap negara pun harus memiliki target pengurangan emisinya, yang akan ditinjau 5 tahun sekali. Nggak cuma itu, agar kerja sama ini benar-benar bisa dilakukan oleh semua negara, negara maju pun harus membantu negara-negara berkembang dengan melakukan pendanaan dan mendukung implementasi energi terbarukan yang lebih efektif.
Jadi, udah bukan waktunya lagi nih salah-salahan tentang siapa negara yang seharusnya paling bertanggung jawab mengatasi masalah perubahan iklim ini! Sekarang adalah waktunya berfokus pada memperbaiki apa yang sudah terjadi dan mencegah agar masalah iklim ini tidak bertambah parah.
Aksi yang bisa kita lakukan
Agar target Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi dan memperlambat laju pemanasan bumi bisa dicapai, dibutuhkan kerja sama yang baik oleh berbagai pihak, seperti pemerintah, perusahaan, hingga masyarakat luas. Di level individu, kita bisa memulainya dengan lebih menyadari jejak karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas yang kita lakukan sehari-hari. Meskipun kita merasa jejak karbon kita sedikit, tapi jika diakumulasi dengan individu-individu lainnya maka akan menjadi banyak juga.
Di sisi lain, walaupun kita merasa bahwa aksi-aksi untuk lingkungan yang kita lakukan bersifat kecil, tapi jika diakumulasi dengan aksi-aksi yang lain maka akan berdampak pula. Jadi, jangan ragu untuk memulai aksi kecil yang bisa dilakukan sehari-hari, ya! Misalnya adalah dengan menggunakan transportasi umum alih-alih transportasi pribadi, mengelola sampah makanan kita agar tidak menumpuk di tempat pembuangan sampah, dan menghemat penggunaan listrik.
Semuanya dimulai dari kebiasaan diri sendiri. Lalu, sebagai anak muda kita pun bisa turut mengedukasi orang-orang di sekitar kita untuk lebih memperhatikan permasalahan iklim dan bersama-sama memulai aksi!